Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Penyalahgunaan Antibiotik Hewan Ternak Ancam Kesehatan Manusia

Eni Kartinah
16/11/2020 21:50
Penyalahgunaan Antibiotik Hewan Ternak Ancam Kesehatan Manusia
Ilustrasi(Dok.Sinergia Animal)

SAAT ini sekitar 700.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit resistensi obat dan diprediksi jumlah korban tersebut akan mencapai 10 juta kematian setiap tahun sampai 2050 mendatang jika tidak diambil tindakan. Untuk itu setiap 18-24 November, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merayakan 'Minggu Kesadaran Antimikroba Dunia'. Peringatan tersebut bertujuan untuk mengingatkan ancaman serius terhadap kesehatan publik akibat penyalahgunaan antibiotik dan obat antimikroba lainya.

“Sistem pangan kita sangat tergantung pada produk hewani, dan industri peternakan merupakan salah satu faktor pendorong terpenting dalam resistensi antimikroba,” ungkap Fadilah, Communications and Corporate Engagement Manager Indonesia dari NGO Internasional, Sinergia Animal. Berdasarkan studi yang dilakukan, kata dia Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah menunjukkan adanya kasus peningkatan resistensi yang signifikan.

Baca juga: Kementan Dorong Penetapan dan Pelepasan Galur Ternak

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di beberapa negara, 80% konsumsi antibiotik yang penting secara medis ada di sektor peternakan. Beberapa laporan memperlihatkan tingginya volume dan penggunaan yang terlalu sering hingga menyebabkan munculnya superbug, - bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang tahan terhadap pengobatan antibiotik tradisional.

Hal inilah yang terjadi di industri peternakan. Berdasarkan Program Lingkungan PBB (UNEP) stress yang terjadi akibat dikurung, buruknya kondisi kebersihan, dan kurangnya variasi genetik hewan-hewan tersebut menciptakan kondisi yang sempurna untuk muncul dan menyerbarnya penyakit baru.

“Dalam sistem sistem tersebut, hewan biasanya menerima antibiotik, bukan untuk mengobati penyakit namun untuk mencegah penyakit, dan mendorong pertumbuhan yang lebih cepat bagi mereka. Hewan ini dapat menjadi pembawa bakteri superbug yang kemudian dapat menginfeksi manusia,” jelas Fadila

Ada beberapa cara penularan superbug ke manusia, lanjutnya. Setelah muncul di industri peternakan, mereka dapat mencemari tanah, air, udara, atau makanan  melalui kotoran hewan dan cairan lainnya.

Superbug dapat melakukan menyebar melalui udara. Sebuah studi dari University of Iowa menemukan bahwa bakteri yang resistensi terhadap antibiotik, yang disebut MRSA, mengambang di udara dua ratus meter mengikuti arah angin dari peternakan babi di Amerika Serikat. Dalam penelitian lain, yang dilakukan oleh John Hopkins University, bakteri yang resisten terhadap antibiotik ditemukan di udara dalam mobil ilmuwan setelah mereka berkendara di belakang truk yang mengangkut ayam dengan dengan jendela terbuka.  

Para pekerja dan masyarakat di sekitar industri peternakan dan di sekitar rumah jagal juga sangat terpengaruh. Sebuah studi yang diterbitkan oleh Center for Emerging Infectious Disease menemukan bahwa para pekerja di peternakan babi enam kali lebih rentan untuk membawa bakteri yang resisten terhadap antibiotik, yaitu multidrug-resistant dan methicillin-resistant (MDRSA). Hal ini terjadi karena mereka bersentuhan langsung dengan daging, darah, kotoran, air liur, dan cairan tubuh lainnya dari hewan ternak. Penduduk di sekitarnya pun dapat terkontaminasi melalui udara dan air yang berasal langsung dari fasilitas tersebut.

Negara berpenghasilan rendah-menengah cenderung memiliki masalah yang lebih banyak. Walaupun Organisasi Kesehatan Dunia telah merekomendasikan pengurangan antimikroba pada hewan yang dibesarkan untuk produksi makanan, situasi ini kemungkinan akan menjadi lebih kritis di negara-negara berkembang. Penggunaan antibiotik cenderung meningkat akibat pertumbuhan produksi produk hewani, dengan perkiraan peningkatan 67% pada tahun 2030.

Sebuah riset pada 2019, menemukan sumber berkembangnya resistensi antimikroba di beberapa wilayah di negara-negara bagian bumi selatan. Di antara di Red River delta di Vietnam dan India bagian Selatan. Di Indonesia, yaitu Pulau Jawa, pulau dengan populasi tertinggi di negara ini,  juga terlihat titik peningkatan resistensi yang signifikan.

“Perubahan kebijakan diperlukan untuk mengatasi ancaman kesehatan masyarakat dan hal inilah yang melatarbelakangi mengapa kami mendesak pemerintah Indonesia melarang penggunaan antibiotik yang tidak bertanggung jawab dalam industri peternakan,” ungkap Fadila.

NGO Sinergia Animal juga memberikan solusi lain untuk permasalahan tersebut yaitu : beralih ke pola makan yang berpusat pada sayuran, sebagai cara untuk membatasi permintaan produk hewani yang terus meningkat. (RO/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya