Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
ANAK-anak menjadi perhatian khusus dalam upaya mengurangi kasus pneumonia di Indonesia. Tingginya jumlah kasus pneumonia di Indonesia bukan hanya masalah penyakit tapi juga berkaitan dengan perilaku.
Oleh karena itu, upaya perlindungan dan pencegahan harus diikuti dengan perubahan perilaku orang-orang terdekat dengan anak, terutama orangtua.
Berdasarkan data UNICEF melalui laporan Fighting For Breath (2019), lebih dari 800 ribu balita di dunia setiap tahun menderita pneumonia dan sekitar 2 ribu balita setiap harinya meninggal akibat pneumonia.
Dari data yang sama, Indonesia memang termasuk negara yang memiliki kemajuan baik dalam pencegahan dan penanganan pneumonia.
Meskipun demikian, angka kematian balita akibat pneumonia Indonesia pada 2018 adalah sebesar 4 per 1.000 kelahiran hidup. Meskipun angka ini sudah cukup baik dibandingkan dengan negara lainnya, tetapi masih belum mencapai target global pada 2025, yaitu 3 per 1.000 kelahiran hidup.
Data ini memprihatinkan dan diperkirakan angkanya meningkat akibat dampak covid-19 pada anak.
Melihat hal itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia sebagai investasi bangsa.
Bagi suatu negara, manusia merupakan sumber daya yang paling berharga. Tidak ada negara maju tanpa sumber daya manusia yang berkualitas. Maka, investasi terbesar bagi kita berada di tangan 30,1% atau 79,55 juta anak Indonesia (BPS, 2019).
Baca juga: Pneumonia Picu Kematian Balita di Tanah Air Tapi Bisa Disembuhkan
Untuk itu, Bintang berpesan bagi para keluarga, bagi ayah dan ibu untuk memastikan pengasuhan berbasis hak anak dan pemenuhan hak anak yakni lingkungan hidup yang sehat, bersih, dan aman, gizi atau nutrisi yang cukup dan seimbang, serta pemberian ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Hal itu untuk membantu balita dalam membentuk imun tubuh dan melindungi dari penyakit pneumonia.
“Mari kita jadikan momentum Hari Pneumonia Dunia 2020 untuk memperkuat komitmen dalam memastikan kesehatan anak-anak Indonesia. Untuk menjadi anak yang cerdas dan pintar, mereka juga harus mempunyai kondisi fisik yang kuat. Anak terlindungi, Indonesia Maju,” tutur Bintang dalam keterangan resmi, Sabtu (14/11).
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan pentingnya mencegah serta menanggulangi pneumonia dimana pemerintah mendorong tata kelola pneumonia, meningkatkan akses kesehatan balita, peran serta masyarakat dalam mendeteksi dini penyakit serta perluasan vaksin PCV.
"Masyarakat juga harus menggunakan Buku Kesehatan Ibu Anak yang sudah ada sejak 1993," ucapnya.
CEO Save the Children Indonesia Selina Patta Sumbung mengatakan setiap 1 menit 2 balita meninggal atau 2500 setiap hari akibat pneumonia.
Pneumonia menyebabkan 15% dari semua angka kematian balita. Pembunuh balita utama di dunia lebih banyak dari AIDS, malaria, dan campak sekaligus.
Di Indonesia sendiri, pneumonia bersama dengan diare penyebab utama kematian balita dan anak.
"Saya mendorong berbagai pihak termasuk swasta untuk terlibat bersama dalam gerakan STOP Pneumonia ini. Save the Children didukung Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan Pfizer akan bersama mengatasi pneumonia pada anak agar julukan “The Forgotten Killer” bisa dihilangkan," tutur Selina.(OL-5)
SEBANYAK 99 jemaah haji Indonesia dilaporkan terserang pneumonia selama menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Angka ini menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan.
Risiko pneumonia bisa meningkat akibat paparan lingkungan ekstrem dan interaksi dalam kerumunan besar seperti haji dan umrah.
Paus Fransiskus mengejutkan umat Katolik dengan penampilan publik mendadaknya di Vatikan, dua minggu setelah keluar dari Rumah Sakit akibat pneumonia.
Mandi malam sering dikaitkan dengan risiko paru-paru basah, tetapi klaim ini tidak memiliki dasar ilmiah.
Paus Fransiskus telah keluar dari Rumah Sakit Gemelli di Roma pada 23 Maret 2025 setelah menjalani perawatan selama lima minggu akibat pneumonia ganda.
Paus Fransiskus akan meninggalkan Rumah Sakit Gemelli di Roma pada Minggu setelah dirawat selama lima minggu, akibat pneumonia ganda yang sempat mengancam nyawanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved