Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KOMITE Penjurian dan Tim Kurator Festival Film Indonesia (FFI) beberapa waktu lalu telah mengumumkan daftar pendek film panjang, untuk penentuan nominasi dalam penyelenggaraan FFI tahun ini. Dalam proses kuratorial itu pula, beberapa hal yang turut diamati ialah masalah inklusivitas dan kepekaan sineas pada isu gender.
Dua hal itu penting untuk diamati karena menurut salah satu Kurator FFI, Prima Rusdi, film merupakan produk sosial budaya, yang seharusnya merefleksikan nilai kemanusiaan.
Baca juga: Rekor Harian Covid-19, Satgas Covid-19: Tes di Daerah Masif
Persoalan tersebut lantas ia ulas lebih dalam di program Nunggu Sunset, yang disiarkan secara daring, di akun Instagram dan kanal Youtube, Media Indonesia, Jumat, (13/11).
Dalam program bincang itu, Prima menambahkan, bahwa dewasa ini organisasi PBB, UNESCO bahkan sudah membuat pernyataan yang sangat jelas terkait film. Menurut mereka, apapun yang terekam secara audio-visual merupakan catatan sejarah kontemporer. Sehubungan dengan kata kunci 'sejarah' maupun 'kontemporer', hal lain yang tak jauh dengannya, kata Prima, ialah konteks.
"Banyak sekali film mungkin memenuhi syarat administratif. Tapi sebetulnya dapat menjadi kurang kontekstual jika direfleksikan dengan apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat jaman sekarang. Ketika membicarakan masalah kesetaraan, misalnya, mau tidak mau parameter lain yang juga harus dipakai ialah keadilan. Contohnya, jika ada karakter yang hanya diadakan untuk disiksa, tentu tidak dapat diterima secara kuratorial. Atau misalnya soal dinamika laki-laki dan perempuan, dimana perempuan itu di posisi yang 'dikalahkan' atau 'dilemahkan', atau sebenarnya dari segi cerita tidak ada dia juga tidak apa-apa, ya berarti kan kurang setara posisinya dalam cerita," imbuhnya.
Prima sebelumnya turut meyampaikan bahwa, ia yakin tidak ada unsur kesengajaan dari para pembuat film untuk tidak sensitif pada masalah gender maupun inklusivitas. Menurutnya, hingga saat ini belum ada formulasi baku karena pergerakannya memang bersifat dinamis.
Meski begitu, Prima memberikan catatan bahwa, ketika berbicara masalah inklusivitas, persoalan lain yang patut diperhatikan ialah masalah keberagaman.
"Kalau mimpi kita adalah Indonesia yang menerima keberagaman, kita tidak bisa meloloskan film yang memposisikan saudara-saudara kita yang minoritas dihina-hina atau dianggap sebagai lucu-lucuan," pungkasnya.
Bab inklusivitas, pada gilirannya dibahas oleh rekan Prima, Hera Diani. Menurut perempuan yang juga Co-Founder Magdalene.id ini, masalah inklusivitas film dalam negeri erat kaitannya dengan persoalan etnis dan 'Jakarta Sentris'.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, lanjutnya, harus ada representasi film dari berbagai daerah. Representasi dapat menjadi platform untuk bersuara, bahkan memperdalam dan memperkaya perspektif film dalam negeri.
"Yang menyenangkan buat saya selama dua tahun ini menjadi juri, ada kantung-kantung dari daerah yang membawa gagasan lokal tapi tetap bersifat universal. Meski begitu tidak dapat dimungkiri bahwa selama ini masih ada ekostisisme bahkan di film-film yang secara teknis sudah sangat baik," pungkasnya.
(OL-6)
Kepala BGN Dadan Hindayana menegaskan bahwa publik memiliki peran strategis dalam pengawasan program MBG.
Untuk menjaring pemain dari seluruh wilayah Indonesia, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan kejuaraan futsal usia muda di provinsi-provinsi.
Timnas futsal Indonesia memastikan gelar juara Piala AFF Futsal 2024 usai mengalahkan timnas Vietnam 2-0 di laga final, Minggu (10/11).
DUTA FFI 2024, Bryan Domani hadir dalam rangkaian Festival Film Indonesia (FFI) 2024 melalui program FFI Goes to Campus bersama Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT)
Kelima Duta FFI itu akan memperkenalkan dan menggaungkan tema FFI 2024, yakni Merandai Cakrawala Sinema Indonesia.
Rumah produksi Base Entertainment merilis teaser trailer dan poster film horor terbarunya, Malam Pencabut Nyawa.
Seperti halnya kehidupan nyata, jalan menuju impian tidak selalu mulus.
Dibintangi oleh sebagian besar para pemeran yang berdarah Indonesia Timur dengan cerita yang ditulis dan disutradarai oleh kreator berdarah Indonesia Timur.
masyarakat diminta bijak dalam mengelola sampah selama pandemi covid-19. Ia mengatakan terdapat peningkatan penggunaan plastik kemasan hingga 30% dalam dua tahun terakhir
Sutradara Film Hitam Sidharta Tata mengatakan, ide menggarap film Hitam awalnya didasari keberanian tim pembuat cerita untuk bereksperimen.
Per 1 Juli 2020, Pemprov DKI Jakarta melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai di pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat.
HARGA gabah dari awal panen hingga kini belum ada penurunan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved