Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KOMITE Penjurian dan Tim Kurator Festival Film Indonesia (FFI) beberapa waktu lalu telah mengumumkan daftar pendek film panjang, untuk penentuan nominasi dalam penyelenggaraan FFI tahun ini. Dalam proses kuratorial itu pula, beberapa hal yang turut diamati ialah masalah inklusivitas dan kepekaan sineas pada isu gender.
Dua hal itu penting untuk diamati karena menurut salah satu Kurator FFI, Prima Rusdi, film merupakan produk sosial budaya, yang seharusnya merefleksikan nilai kemanusiaan.
Baca juga: Rekor Harian Covid-19, Satgas Covid-19: Tes di Daerah Masif
Persoalan tersebut lantas ia ulas lebih dalam di program Nunggu Sunset, yang disiarkan secara daring, di akun Instagram dan kanal Youtube, Media Indonesia, Jumat, (13/11).
Dalam program bincang itu, Prima menambahkan, bahwa dewasa ini organisasi PBB, UNESCO bahkan sudah membuat pernyataan yang sangat jelas terkait film. Menurut mereka, apapun yang terekam secara audio-visual merupakan catatan sejarah kontemporer. Sehubungan dengan kata kunci 'sejarah' maupun 'kontemporer', hal lain yang tak jauh dengannya, kata Prima, ialah konteks.
"Banyak sekali film mungkin memenuhi syarat administratif. Tapi sebetulnya dapat menjadi kurang kontekstual jika direfleksikan dengan apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat jaman sekarang. Ketika membicarakan masalah kesetaraan, misalnya, mau tidak mau parameter lain yang juga harus dipakai ialah keadilan. Contohnya, jika ada karakter yang hanya diadakan untuk disiksa, tentu tidak dapat diterima secara kuratorial. Atau misalnya soal dinamika laki-laki dan perempuan, dimana perempuan itu di posisi yang 'dikalahkan' atau 'dilemahkan', atau sebenarnya dari segi cerita tidak ada dia juga tidak apa-apa, ya berarti kan kurang setara posisinya dalam cerita," imbuhnya.
Prima sebelumnya turut meyampaikan bahwa, ia yakin tidak ada unsur kesengajaan dari para pembuat film untuk tidak sensitif pada masalah gender maupun inklusivitas. Menurutnya, hingga saat ini belum ada formulasi baku karena pergerakannya memang bersifat dinamis.
Meski begitu, Prima memberikan catatan bahwa, ketika berbicara masalah inklusivitas, persoalan lain yang patut diperhatikan ialah masalah keberagaman.
"Kalau mimpi kita adalah Indonesia yang menerima keberagaman, kita tidak bisa meloloskan film yang memposisikan saudara-saudara kita yang minoritas dihina-hina atau dianggap sebagai lucu-lucuan," pungkasnya.
Bab inklusivitas, pada gilirannya dibahas oleh rekan Prima, Hera Diani. Menurut perempuan yang juga Co-Founder Magdalene.id ini, masalah inklusivitas film dalam negeri erat kaitannya dengan persoalan etnis dan 'Jakarta Sentris'.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, lanjutnya, harus ada representasi film dari berbagai daerah. Representasi dapat menjadi platform untuk bersuara, bahkan memperdalam dan memperkaya perspektif film dalam negeri.
"Yang menyenangkan buat saya selama dua tahun ini menjadi juri, ada kantung-kantung dari daerah yang membawa gagasan lokal tapi tetap bersifat universal. Meski begitu tidak dapat dimungkiri bahwa selama ini masih ada ekostisisme bahkan di film-film yang secara teknis sudah sangat baik," pungkasnya.
(OL-6)
Timnas futsal Indonesia memastikan gelar juara Piala AFF Futsal 2024 usai mengalahkan timnas Vietnam 2-0 di laga final, Minggu (10/11).
Untuk menjaring pemain dari seluruh wilayah Indonesia, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan kejuaraan futsal usia muda di provinsi-provinsi.
Nominasi Piala Citra FFI 2020 dipilih berdasarkan puluhan film yang ditayangkan dalam kurun waktu 1 Oktober 2019-30 September 2020.
Kalau ini dibiarkan terus menerus, menurut Hera, dampak buruknya bisa berbalik menimpa industri perfilman.
Film Perempuan Tanah Jahanam mampu meraih enam Piala Citra dari enam kategori dan masuk di 17 nominasi kategori yang merupakan rekor terbanyak bagi suatu film.
Di episode Nunggu Sunset kali ini masih melanjutkan wawancara bersama Sutradara Film Sidharta Tata
Eko Noer Kristiyanto, menyatakan bahwa pertandingan yang diadakan hingga larut malam sangat tidak sesuai dengan standar keamanan yang seharusnya.
PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai penanggung jawab dari Liga 1 Indonesia telah mempersiapkan segala prosedur yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan Liga 1.
Sebelum pandemi covid-19, sang suami bisa pulang ke Jakarta sekitar sekali dalam sebulan. Dan sejak pandemi mewabah, sang suami juga sudah tidak bisa rutin pulang ke rumah mereka.
Podcast Main Mata merupakan salah satu kanal siniar (podcast) yang turut mengembangkan format ini sebagai konten mereka.
sering kali yang menghambat ayah untuk turut memberikan dukungan selama proses menyusui ke buah hati ada pada istri sendiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved