Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BADAN Tenaga Nuklir Nasional ( Batan) melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) memanfaatkan teknologi iradiasi untuk menghasilkan varietas unggul padi. Iradiasi merupakan teknik untuk menciptakan varietas baru menggunakan penyinaran radiasi gamma pada biji padi untuk memperoleh sifat baru yang lebih unggul dari varietas induknya. Pengembangan varietas unggul padi menggunakan teknologi iradiasi menjadi salah satu tugas Batan dalam program Prioritas Riset Nasional (PRN) 2020-2024 di bidang pertanian.
Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan menjelaskan, padi yang dikembangkan Batan memiliki keunggulan, yaitu produktivitas yang lebih tinggi, usia tanam yang lebih singkat, dan tahan dari hama/penyakit. Teknik iradiasi ini tidak akan mengubah rasa beras, dan padi yang diradiasi aman karena tidak ada unsur radioaktif yang tertinggal.
“Benih berubah karena ada DNA yang berubah karena radiasi, tapi benihnya sendiri tidak jadi radioaktif. Kita tidak memasukkan unsur biologi apa pun ke benih karena ini secara fisik, bukan secara biologis ataupun kimiawi,” jelas Anhar dalam jumpa pers di Kawasan Nuklir Pasar Jumat, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Teknik ini pada dasarnya ialah menyeleksi padi yang memiliki karakteristik seperti yang dikehendaki. Diperlukan hingga tujuh kali tanam-panen baru kemudian bisa ditemukan padi yang memang sudah bagus. “Ini kita simpan sebagai breeder seed, setelah itu generasinya tinggal diperbanyak,” lanjutnya.
Varietas tersebut kini telah dimanfaatkan masyarakat di sejumlah daerah. “Evaluasi menunjukkan hasilnya bagus, rata-rata meningkat 30%. Kita berharap kesejahteraan petani dari sisi ekonomi juga bisa meningkat seperti itu,” kata Anhar.
Contoh hasil varietas unggul padi yang dikembangkan Batan, yaitu Rojolele Srinuk dan Rojolele Srina yang merupakan turunan padi Rojolele dari Kabupaten Klaten. Setelah benih Rojolele diradiasi, diperoleh dua varietas baru turunan yang memiliki masa panen lebih singkat, yaitu sekitar 3 bulan atau 105 hari, pohon tidak terlalu tinggi sehingga tidak mudah rebah, tetapi rasa dan kualitas tetap sama seperti induknya.
Anhar berharap, Batan dapat mengembangkan varietas unggul padi yang juga tahan terhadap cuaca ekstrem yang belakangan melanda Indonesia. “Tantangannya sekarang karena hujan yang banyak kemudian ada banjir rob air laut. Selama ini kami masih fokus pada peningkatan produktivitas dan tahan penyakit, tapi ke depan kita ingin mengembangkan ini (tahan cuaca ekstrem),” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala PAIR Batan Totti Tjiptosumirat mengatakan, target pemuliaan tanam an padi dibagi menjadi dua,
yaitu varietas tanaman padi nasional dan padi lokal. Varietas tanaman padi nasional ditekankan pada kualitas hasil, sedangkan untuk padi lokal pada rasa yang tetap disukai masyarakat setempat.
“Harapannya, teknologi nuklir dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para user, terutama untuk bidang pertanian dan industri di
Indonesia. Pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia yang dapat membawa negara Indonesia mandiri, berdaya
saing didasari dengan jiwa gotong royong,” tandasnya. (Atikah Ishmah Winahyu/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved