Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
DI tengah pandemi Covid-19, proses pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif dan menjawaban agar anak-anak sekolah masih tetap belajar meskipun sistem ini mengedepankan interaksi pengajaran antara guru dan murid melalui perangkat elektronik berbasis internet .
Selama PJJ berlangsung, ternyata pro dan kontra terjadi. Mulai kendala perlengkapan alat, kuota internet hingga siswa sulit memahami mata pelajar, bosan dan stress. Menanggapi hal itu, Psikolog Anak Efnie Indrianie menyebut memang mental health salah satunya dipengaruhi radiasi elektromagnetik.
Jadi beberapa kajian mengatakan ketika manusia dipaparkan pada radiasi elektromagnetik yang cukup tinggi biasanya mereka akan memiliki toleransi yang rendah terhadap stres dan rentan terpicu dalam situasi kemarahan.
"Nah ini kan juga harus kita pertimbangkan, maksudnya seorang anak yang tadinya fungsi tubuhnya sehat. Sel sel tubuhnya baik, tapi terpapar terus dengan radiasi elektromagnetik, barangkali mungkin dari sisi nutrisi atau hal lainnya tidak ada yang bisa mengantisipasi itu," kata Efnie dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.
Dia menambahkan kondisi ini juga akan merusak fungsi amygdala otak, jadi nanti anak-anak juga gampang marah. "Kita juga ngak pengen generasi yang gampang uring uringan ya?," sebutnya.
Dia tak memungkiri, saat ini ditengah pandemi mau tidak mau harus physical distacing atau pembelajaran itu harus dilakukan jarak jauh terlebih di sekolah zona merah.
"Yang tidak boleh dilupakan orang tua adalah anak butuh love dan affection," paparhya.
Oleh karena itu, ia memastikan salah satu cara mengatasi stres pada anak akibat kondisi ini maka orang tua di rumah harus menciptakan ketenangan, kenyamanan dan penuh kasih sayang.
"Setidaknya ini dilakukan oleh keluarga inti. Ini masih bisa merawat kesehatan mental anak," lanjutnya.
Sementara itu, Psikolog dan Dosen Fakuktas Psikologi Universitas Islam Bandung Andhita Nurul Khasanah mengatakan orang tua yang memiliki anak usia sekolah dan remaja tentunya semua sedang beradaptasi dan menghadapi tantangan PJJ di masa pandemi pandemi Covid-19.
"Memang kita mengalami kesulitan yang sama, tapi saya semua sedang menyesuaikan diri, mengenali diri sejauh mana batasan ego, kapasitas kita, dan kita semua bisa mencapai batas limit yang maksimal dan menjadi individu yang lebih baik," sebutnya.
Dia yakin bahwa seharusnya ketika semua orang tua belajar maka setelah kondisi pandemi ini akan meningkatkan kapasitasnya dalam pola mendidik anak.
Senada disampaikan Psikolog dan Konsultan tumbuh kembang anak ABK, Dian Inayatullah Yafie bahwa orang tua harus lebih semangat lagi untuk memenuhi tuntutan anak-anak dalam PJJ.
"Satu hal harus dipahami harus fleksibel, dan turunin ekspektasi jangan menuntut harus mencapai apa yang ada di kepala kita, harus lebih santai, rileks, dan insyaallah anak-anak juga akan menjadi lebih baik," pungkasnya. (OL-4)
PERUBAHAN status Universitas Terbuka (UT) menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) tidak serta-merta membuat perguruan tinggi tersebut meningkatkan biaya pendidikan.
Dalam jangka pendek, Dekan FEB UP yang baru, Dr Harnovinsah, akan menjalankan program fast track yakni mahasiswa dalam kuliah selama lima tahun mendapatkan dua ijazah S1 dan S2.
GAWAI dan peranti digital semakin masif digunakan anak dan remaja Indonesia untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh
Unpad EdEx juga telah meresmikan kerja sama perdana dengan PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney yang merupakan BUMN Holding Industri Aviasi dan Pariwisata Indonesia.
Prod1gy menjanjikan para pengajar mendapatkan penghasilan tambahan dengan terkoneksi dengan banyak murid.
Rektor UT Ojat Darojat didampingi Wakil Rektor UT M Yunus di sela sela wisuda mengutarakan syukurnya karena UT mendapatkan kepercayaan sebagai tempat kuliah bagi kedua figur publik itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved