Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
KASUS positif virus korona (Covid-19) di Indonesia per 7 Agustus 2020 bertambah 2.473. Dengan penambahan tersebut, total kasus positif virus korona di Indonesia hari ini menjadi 121.226 kasus.
Tentunya, kekhawatiran masyarakat Indonesia kian meningkat setelah penyebarannya belum juga menunjukkan penurunan meski pemerintah telah melakukan pendeteksian melalui rapid test.
Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengatakan, ada metode lain yang juga kilat namun lebih akurat dari rapid test antibody.
"Sebetulnya ada metode lain yang juga kilat namun lebih akurat. Namanya swab antigen," kata Erlina pada keterangannya, Jumat (7/8).
Erlina yang memperoleh gelar magister sains (M.Sc) dari Heidelberg University, Jerman pada 1995 berpendapat, tes swab antigen bisa menjadi metode lain sebagai alat uji yang yang juga kilat namun lebih akurat. Korea Selatan (Korsel) memulai pemakaian alat tes antigen, yang kemudian diikuti berbagai negara di dunia.
Korsel merupakan salah satu negara dengan kasus terbanyak pada akhir Maret 2020 lalu. Keberhasilan 'Negeri Ginseng' dalam mengatasi penyebaran Covid-19 ini diikuti berbagai negara di dunia.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta periode 2017–2020 dan periode 2015–2017 ini berharap tes swab antigen dapat menjadi pilihan dalam mengatasi penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Saat ditanya setujukah jika pemerintah menyediakan Swab antigen? Erlina yang aktif di organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kelompok kepakaran serta terlibat dalam program pemerintah ini langsung menyatakan sepakat. "Sepakat jika pemerintah menyediakan," tutupnya.
Sebelumnya, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Prof Amin Soebandrio, telah menjabarkan, secara garis besar, terdapat dua macam tes untuk mengetahui apakah seseorang mengidap Covid-19. Yang pertama, tes swab dan yang kedua adalah tes kilat antibodi atau belakangan dikenal dengan rapid test.
Tes swab dilakukan dengan cara mengambil sampel pada bagian hidung atau tenggorokan. Lalu, sampel tersebut dikirim ke laboratorium untuk ditemukan tanda-tanda materi genetika virus.
Selanjutnya, dilakukan tes diagnostis menggunakan sampel atau swab untuk dianalisa di laboratorium memakai polymerase chain reaction (PCR), yang bisa diandalkan akurasinya.
Namun, tes swab PCR membutuhkan beberapa hari untuk mengetahui hasilnya. Selain itu, harga untuk tes swab tergolong mahal, berkisar dari Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta.
Mengingat pemerintah Indonesia tidak menggratiskan biaya tes virus korona, masyarakat perlu selektif memilih alat tes yang akurat dan terjangkau. Dalam situasi pandemi seperti sekarang, diperlukan waktu yang lebih singkat untuk mengetahui hasil tes.
Tes swab antigen pun diperkenalkan sebagai alat uji yang dianggap lebih memadai. Korsel memulai pemakaian alat tes antigen, yang kemudian diikuti berbagai negara di dunia.
Antigen adalah protein yang dikeluarkan oleh virus, termasuk Covid-19. Antigen dapat terdeteksi ketika ada infeksi yang sedang berlangsung di tubuh seseorang. Karena itu, tes swab antigen dapat mendeteksi keberadaan antigen virus korona pada orang yang sedang mengalaminya.
"Jadi, swab antigen seperti rapid test, tapi yang dideteksi itu antigen. Tentu kalau bisa mendeteksi antigennya, itu memang lebih baik daripada mendeteksi antibodi. Karena antigen itu langsung mewakili virusnya," ujar Profesor Amin Soebandrio.
Sebagai contoh, Korea Selatan (Korea Selatan) dianggap sebagai negara yang tergolong berhasil meredam penyebaran Covid-19. Korsel sempat masuk salah satu negara dengan kasus terbanyak pada akhir Maret 2020.
Tapi, setelah empat bulan kemudian, Korsel mampu meningkatkan angka pasien yang sembuh dan menurunkan laju penyebaran. Negeri Ginseng itu sukses melandaikan kurva pertumbuhan Covid-19.
Bahkan, tingkat kematian di negara tersebut pun sangatlah rendah. Sampai Kamis (30/7/2020), Korsel memiliki 14.305 kasus Covid-19, 301 orang di antaranya meninggal, dan 13.183 orang dinyatakan sembuh.
Pemerintah Korsel melalui KCDC (Korean Centers for Disease Control and Prevention) mampu merespons cepat dan terstruktur dalam menemukan pasien positif Covid-19. Mereka melakukan cara tes secara massal dan tracing kasus dengan rinci.
Korsel memakai cara drive-thru dan walk-thru untuk melakukan tes Covid-19 kepada masyarakatnya menggunakan tes swab antigen.
Cara ini menyita perhatian dunia dan diikuti sejumlah negara dalam melakukan tes Covid-19 kepada warganya. Tes Covid-19 tersebut juga dilakukan secara gratis. (RO/OL-09)
Drama Korea Aema di Netflix hadirkan kisah industri film Korea 1980-an, menyoroti seksisme, eksploitasi, dan perjuangan perempuan.
Presiden Korsel Lee Jae Myung meminta Presiden AS Donald Trump berperan sebagai peacemaker menuju perdamaian di Semenanjung Korea.
Korea Utara kembali melontarkan kecaman terhadap latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang tengah berlangsung.
Donald Trump mengatakan ingin kembali bertemu dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
SEBANYAK 30 tentara Korea Utara dilaporkan melintasi perbatasan antar-Korea baru-baru ini. Hal itu memicu tembakan peringatan dari pihak Korea Selatan.
DUA rudal pertahanan udara baru Korea Utara (Korut) telah diuji coba dan disaksikan langsung oleh pemimpin tertinggi, Kim Jong-un.
UNIVERSITAS Indonesia (UI) menuai sorotan dari masyarakat setelah mengundang Peter Berkowitz, peneliti dari Stanford University dan menimbulkan kontroversi,
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek) tidak mau memberikan komentar mengenai diundangnya akademisi Peter Berkowitz ke Universitas Indonesia (UI).
Achmad menekankan bahwa UI bebas berdiskusi dengan siapa saja di forum kritis yang tepat, dengan kurasi dan counter-speech yang memadai.
Permintaan maaf itu disampaikan setelah muncul gelombang kritik di media sosial terhadap UI yang mengundang Berkowitz dalam acara PSAU pada 23 Agustus 2025.
Baitul Maqdis Institute menyatakan keprihatinan atas diundangnya akademisi Peter Berkowitz, sosok pro-Israel.
UI menyampaikan tetap konsisten pada sikap dan pendirian berdasarkan konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved