Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Dalam Deteksi Covid-19, Indonesia Bisa Tiru Model Korea Selatan

Deri Dahuri
07/8/2020 21:04
Dalam Deteksi Covid-19, Indonesia Bisa Tiru Model Korea Selatan
Petugas medis melaukan tes swab antingen dengan cara drive-thru di Kota Seoul, Korea Selatan.(Ed Jones/AFP via Getty Images)

KASUS positif virus korona (Covid-19) di Indonesia per 7 Agustus 2020 bertambah 2.473. Dengan penambahan tersebut, total kasus positif virus korona di Indonesia hari ini menjadi 121.226 kasus.

Tentunya, kekhawatiran masyarakat Indonesia kian meningkat setelah penyebarannya belum juga menunjukkan penurunan meski pemerintah telah melakukan pendeteksian melalui rapid test.

Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengatakan, ada metode lain yang juga kilat namun lebih akurat dari rapid test antibody.

"Sebetulnya ada metode lain yang juga kilat namun lebih akurat. Namanya swab antigen," kata Erlina pada keterangannya, Jumat (7/8).

Erlina yang memperoleh gelar magister sains (M.Sc) dari Heidelberg University, Jerman pada 1995 berpendapat, tes swab antigen bisa menjadi metode lain sebagai alat uji yang yang juga kilat namun lebih akurat. Korea Selatan (Korsel) memulai pemakaian alat tes antigen, yang kemudian diikuti berbagai negara di dunia.

Korsel merupakan salah satu negara dengan kasus terbanyak pada akhir Maret 2020 lalu. Keberhasilan 'Negeri Ginseng' dalam mengatasi penyebaran Covid-19 ini diikuti berbagai negara di dunia.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta periode 2017–2020 dan periode 2015–2017 ini berharap tes swab antigen dapat menjadi pilihan dalam mengatasi penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Saat ditanya setujukah jika pemerintah menyediakan Swab antigen? Erlina yang aktif di organisasi profesi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan kelompok kepakaran serta terlibat dalam program pemerintah ini langsung menyatakan sepakat. "Sepakat jika pemerintah menyediakan," tutupnya.

Sebelumnya, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Profesor Prof Amin Soebandrio, telah menjabarkan, secara garis besar, terdapat dua macam tes untuk mengetahui apakah seseorang mengidap Covid-19. Yang pertama, tes swab dan yang kedua adalah tes kilat antibodi atau belakangan dikenal dengan rapid test.

Tes swab dilakukan dengan cara mengambil sampel pada bagian hidung atau tenggorokan. Lalu, sampel tersebut dikirim ke laboratorium untuk ditemukan tanda-tanda materi genetika virus.

Selanjutnya, dilakukan tes diagnostis menggunakan sampel atau swab untuk dianalisa di laboratorium memakai polymerase chain reaction (PCR), yang bisa diandalkan akurasinya.

Namun, tes swab PCR membutuhkan beberapa hari untuk mengetahui hasilnya. Selain itu, harga untuk tes swab tergolong mahal, berkisar dari Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta.

Mengingat pemerintah Indonesia tidak menggratiskan biaya tes virus korona, masyarakat perlu selektif memilih alat tes yang akurat dan terjangkau. Dalam situasi pandemi seperti sekarang, diperlukan waktu yang lebih singkat untuk mengetahui hasil tes.

Tes swab antigen pun diperkenalkan sebagai alat uji yang dianggap lebih memadai. Korsel memulai pemakaian alat tes antigen, yang kemudian diikuti berbagai negara di dunia.

Antigen adalah protein yang dikeluarkan oleh virus, termasuk Covid-19. Antigen dapat terdeteksi ketika ada infeksi yang sedang berlangsung di tubuh seseorang. Karena itu, tes swab antigen dapat mendeteksi keberadaan antigen virus korona pada orang yang sedang mengalaminya.

"Jadi, swab antigen seperti rapid test, tapi yang dideteksi itu antigen. Tentu kalau bisa mendeteksi antigennya, itu memang lebih baik daripada mendeteksi antibodi. Karena antigen itu langsung mewakili virusnya," ujar Profesor Amin Soebandrio. 

Sebagai contoh, Korea Selatan (Korea Selatan) dianggap sebagai negara yang tergolong berhasil meredam penyebaran Covid-19. Korsel sempat masuk salah satu negara dengan kasus terbanyak pada akhir Maret 2020.

Tapi, setelah empat bulan kemudian, Korsel mampu meningkatkan angka pasien yang sembuh dan menurunkan laju penyebaran. Negeri Ginseng itu sukses melandaikan kurva pertumbuhan Covid-19.

Bahkan, tingkat kematian di negara tersebut pun sangatlah rendah. Sampai Kamis (30/7/2020), Korsel memiliki 14.305 kasus Covid-19, 301 orang di antaranya meninggal, dan 13.183 orang dinyatakan sembuh.

Pemerintah Korsel melalui KCDC (Korean Centers for Disease Control and Prevention) mampu merespons cepat dan terstruktur dalam menemukan pasien positif Covid-19. Mereka melakukan cara tes secara massal dan tracing kasus dengan rinci.

Korsel memakai cara drive-thru dan walk-thru untuk melakukan tes Covid-19 kepada masyarakatnya menggunakan tes swab antigen.

Cara ini menyita perhatian dunia dan diikuti sejumlah negara dalam melakukan tes Covid-19 kepada warganya. Tes Covid-19 tersebut juga dilakukan secara gratis. (RO/OL-09)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya