Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

MUI: Selesaikan Konflik lewat Dialog dan Toleransi

Antara
24/7/2020 22:15
MUI: Selesaikan Konflik lewat Dialog dan Toleransi
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis(Dok. Istimewa)

KETUA Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhammad Cholil Nafis, mengatakan agar selalu menjaga persaudaraan kebangsaan dan menyelesaikan konflik yang terjadi melalui dialog dan toleransi.

“Misalnya kalau terjadi konflik, kita jangan masuk pada konfliknya, tetapi bagaimana menyelesaikan konflik itu sendiri. Dan yang paling efektif adalah dengan membangun toleransi serta membangun dialog. Sehingga ada keterbukaan, sepemahaman, dan saling menyayangi, bahkan kita bisa melakukan kerja-kerja konkret agar agama itu bisa hadir kepada mereka untuk menyampaikan bahwa agama membawa kedamaian di dunia dan bukan sebaliknya,” ujar Kiai Cholil Nafis di Jakarta, Jumat (24/7).

Ia menyampaikan, konflik banyak terjadi ketika berkenaan dengan pemaksaan untuk mendapat kekuasaan. Dan acapkali yang paling mudah menjadi bahan bakarnya ialah atas dasar agama. Oleh karena itu, agama harus dikembalikan sebagai spirit untuk membangun nilai peradaban dan kebaikan umat manusia.

"Jangan mengimpor konflik-konflik yang ada di luar negeri itu ke Indonesia. Dilokalisirlah konfliknya di tempat itu, karena konflik itu tidak semata-mata persoalan agama, tapi karena lebih dulu ada persoalan perebutan kekuasaan di sana,” kata peraih gelar doktor filsafat dari University of Malaya, Malaysia, itu.

Ia mengatakan, umat beragama dianjurkan untuk mencintai tanah airnya. Ia mencontohkan ketika Rasulullah Nabi Muhammad SAW datang dari Makkah ke Madinah, Rasulullah menyebutkan tentang betapa rindunya dia terhadap tanah kelahirannya.

"Rasulullah mengatakan ‘kalau tidak karena terpaksa aku dikeluarkan dari Makkah, aku takkan pernah hijrah ke Madinah’. Hal ini menunjukkan betapa Rasul itu cinta tanah airnya. Makanya kita saling mengenal pepatah atau jargon ‘hubbul wathon minal iman’ yang dikatakan ulama besar kita pada saat itu KH Hasyim Ashari yang artinya cinta tanah air adalah bagian dari iman,” katanya.

 


Baca juga: Wahid Foundation: Kemerdekaan Beragama Cenderung Stagnan

 

Peraih gelar master dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu berpendapat bahwa memang harus ada spirit ‘ukhuwah bainal-muslimin’ atau persaudaraan sesama umat Islam. Ukhuwah ini berdasarkan akidah keyakinan dari keagamaan kita. Berikutnya semangat ‘hubbul wathon’ dan 'ukhuwah wathoniyah' ialah tentang persaudaraan karena sebangsa setanah air.

“Bahwa kita punya ikatan yang sama dan kita mendirikan negara ini adalah berdasarkan mitsaq (kesepakatan), berdasarkan darul ahdi (negara tempat kita melakukan konsensus nasional), berdasarkan pada ikatan-ikatan kesepakatan kita untuk ber-NKRI," katanya.

Ia mengatakan adanya persaudaraan karena seagama dan persaudaraan karena sebangsa, maka kita bertekad pada saat meraih kemerdekaan ini untuk mengisi kemerdekaan dengan nilai-nilai agama untuk bangsa ini.

“Jadi jangan dibalik spirit konflik dan permusuhan didasarkan atas perbedaan agama. Tidak seperti itu. Oleh karena itu mari kita teladani para founding fathers kita pada saat mendirikan negara dan bangsa ini, bahwa kita mengisi bangsa ini dengan kesepakatan, dengan berbagai macam agama dan kita raih kemerdekaan," katanya.

Bagi umat Islam sendiri, menurutnya, bisa meniru seperti apa yang ada pada Konstitusi Madinah, yakni 'innahum ummatan wahidatan min duuni al­naas'.

"Di mana kita adalah umat yang satu, tanpa membeda-bedakan ras, suku dan agamanya,” jelas Dosen UIN Syarif Hidayatullah dan Institut Pembina Rohani Islam Jakarta itu.

Dalam kesempatan itu, ia mengapresiasi gugus tugas pemuka agama yang diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dengan adanya gugus tugas tersebut dapat mengintensifkan dialog keterbukaan dan saling kesepemahaman untuk menangkal, menolak, melarang dan mencegah terhadap terorisme di Indonesia ini.

"MUI sendiri sangat mendukung seratus persen, bahkan seribu persen dengan hal ini. Kami di MUI ada yang namanya Komisi Kerukunan Umat Beragama, dan ini bisa menjadi ladangnya,” katanya. (OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik