Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Swab Test Bisa Rusak Otak? Ini Penjelasan Dokter THT UGM

Ardi Teristi
25/7/2020 22:24
Swab Test Bisa Rusak Otak? Ini Penjelasan Dokter THT UGM
Swab test(AFP)

SEBAGIAN kalangan netizen menyebut tes swab dapat memengaruhi kerusakan otak. Padahal, tes swab menjadi salah satu metode  mendeteksi virus korona atau covid-19 pada manusia.

Tes dilakukan dengan mengambil sampel lendir, dahak, atau cairan di daerah nasofaring atau orofaring pada pasien. Ada yang mengatakan tes usap hidung telah menusuk otak. Bahkan, sebagian mengibaratkannya dengan lobotomi atau tindakan bedah otak yang berlangsung pada pertengahan abad 20.

Baca juga: Buntut Purnomo Covid-19, Wali Kota dan DPRD Solo Tes Swab

Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Anton Sony Wibowo menegaskan tes usap (swab) aman dilakukan serta tidak membahayakan atau merusak otak.

"Tidak benar swab test covid-19 bisa merusak otak karena hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," kata Anton di Yogyakarta, Sabtu (25/7).

Baca juga: Wakil Wali Kota Solo Positif Covid-19, Jokowi Jalani Swab Test

Ia menjelaskan lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat tes usap. Selain itu, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

Anton mengatakan tes itu tidak akan merusak penghalang darah otak, kecuali pada kondisi tertentu. Misalnya, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma.

"Swab test sampai sekarang menjadi diagnosis utama covid-19 karena bisa mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh," kata dia.

Baca juga: Umumkan Hasil Swab Test, Jokowi: Alhamdulillah Negatif

Selain tes usap, rapid test antibodi merupakan metode yang digunakan untuk skrining awal covid-19. Hanya saja, Anton menyebutkan, tes cepat ini memiliki akurasi lebih rendah dibandingkan swab test karena hanya baru bisa mendeteksi antibodi dalam tubuh saja, bukan keberadaan virus korona. (Ant/X-15)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya