Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

BPPT Pasang Kabel Deteksi Tsunami di Pulau Siberut

Atikah Ishmah Winahyu
25/7/2020 12:54
BPPT Pasang Kabel Deteksi Tsunami di Pulau Siberut
Pembangunan tanggul di Teluk Palu yang sempat dihantam tsunami.(Antara/Basri Marzuki)

BADAN Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui tim KR Baruna Jaya III melakukan perbaikan terhadap kabel pendeteksi tsunami atau Cable Base Tsunameter (CBT) di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai.

KR Baruna Jaya III juga akan memasang CBT baru di lokasi yang sama. Kabel ini merupakan inovasi teknologi pendeteksi tsunami berbasis kabel optik bawah laut. Pengembangan Teknologi CBT Hibrid merupakan kerja sama BPPT dengan Pittsburgh University, Woods Hole Oceanography Institute, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Andalas.

Baca juga: Peneliti BPPT Membenarkan Calon Ibu Kota Negara Rentan Tsunami

“Ini merupakan upaya membangun sistem peringatan dini tsunami dengan pendekatan teknologi baru, yaitu kombinasi antara kabel optik dan tanpa kabel (Hybrid CBT) dalam sistem komunikasi dan pengiriman data,” jelas Kepala BPPT, Hammam Riza, melalui telekonferensi, Sabtu (25/7).

Dalam sistem komunikasi, lanjut dia, CBT memanfaatkan transmisi data dengan fiber optik maupun wireless, yang memanfaatkan lapisan termoklin dalam air laut. Tujuannya untuk merambatkan gelombang, sehingga berbentuk seperti base station di dasar laut.

“Kalau berhasil, inovasi ini menjadi salah satu metode yang akan kita gunakan dalam membangun teknologi pendeteksi dini gempa dan tsunami. Bukan hanya di Indonesia, tapi juga secara global,” imbuh Hammam.

Baca juga: Jejak Tsunami Dahsyat Ditemukan di Pesisir Jawa

Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT, Yudi Anantasena, mengungkapkan CBT baru yang akan dipasang memiliki panjang 7 kilometer (km). Titik ujung kabel akan dihubungkan secara akustik dengan wireless dan sensor lain ke arah yang lebih jauh. Sehingga, kabel yang dibutuhkan tidak terlalu panjang.

Perbaikan CBT lama dan pemasangan CBT baru dilakukan karena adanya ketidaksempurnaan dalam pemasangan tahun lalu. “Posisi ujung kabel (lama) yang dipasang tahun lalu, kita perbaiki posisinya. Kabel yang lama kita tarik ke atas kapal. Untuk efisiensi waktu dan kepastian sistem, kami memasang kabel set baru dengan sistem yang sama,” papar Yudi.(OL-11)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya