Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Waspadai Potensi Gempa Besar

Ferdian Ananda M
08/7/2020 03:45
Waspadai Potensi Gempa Besar
(Sumber: BMKG/Tim Riset MI-NRC)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika meminta masyarakat mewaspadai kemungkinan gempa yang lebih besar setelah sejumlah gempa berkekuatan di atas 5 magnitudo terjadi sepanjang Selasa (7/7).

"Hal ini sulit diprediksi, tetapi dengan adanya rentetan aktivitas gempa ini tentu patut kita harus mewaspadai," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofi sika (BMKG) Daryono di Jakarta, kemarin.

Daryono mengungkapkan dalam seismologi atau ilmu gempa, ada tipe gempa yang terjadi diawali dengan gempa pembuka. Setiap gempa besar, lanjutnya, hampir bisa dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. Namun, sejumlah gempa yang terjadi secara
berurutan di suatu wilayah belum tentu diikuti dengan terjadinya gempa besar.

"Inilah karakteristik ilmu gempa yang memiliki ketidakpastian (uncertainty) yang tinggi yang penting juga untuk kita pahami," tambah dia.

Kemarin, lima gempa terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Gempa pertama terjadi di Donggala, Sulawesi Tengah, pada pukul 03:31:58 WIB dengan kekuatan 4 magnitudo. Kemudian pada pukul 05:54:44 WIB, terjadi gempa di wilayah Jepara, Jawa Tengah, berkekuatan 6,1
magnitudo.

Selain itu, terjadi gempa di Lebak, Rangkasbitung, Banten, pada pukul 11:44:14 WIB dengan magnitudo sebesar 5. Menyusul pada pukul 12:17:52 WIB, gempa berkekuatan 5 magnitudo menggetarkan wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Terakhir, gempa mengguncang Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, dengan 5,2 magnitudo. 


Beda

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, menyatakan pada dasarnya penyebab terjadinya gempa tersebut tidak saling terkait. "Sebenarnya, apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing," ujarnya.

Menurutnya, masing-masing sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan, mencapai stres maksimum, hingga mengalami rilis energi sebagai gempa.

"Ini konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks. Kita memiliki banyak sumber gempa. Jika terjadi gempa di tempat yang relatif berdekatan lokasinya dan terjadi dalam waktu relatif berdekatan, itu hanya kebetulan saja," ujarnya.

Selain itu, kata dia, gempa Banten selatan dan di selatan Garut bersumber dari sumber gempa yang berbeda. Gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer.

"Dengan memperhatikan lokasi episentrum dan kedalaman hiposentrumnya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah lempeng Eurasia," jelas Rahmat.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik," lanjutnya. Sementara itu, gempa di selatan Garut dipicu adanya deformasi batuan pada slab lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust. (Ant/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya