Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Jadi Nama Masjid, Ini Sosok Amir Hamzah si Raja Pujangga Baru

Zubaedah Hanum
03/7/2020 20:05
Jadi Nama Masjid, Ini Sosok Amir Hamzah si Raja Pujangga Baru
Pameran foto sejumlah tokoh pahlawan asal Sumatra Utara, salah satunya sastrawan Tengku Amir Hamzah.(Antara)

GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan Masjid Amir Hamzah di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (3/7), sekaligus penanda satu tahun progres revitalisasi TIM.

Seperti apa sosok Amir Hamzah hingga namanya diabadikan sebagai nama masjid, terlebih di kawasan TIM yang memiliki histori penting bagi bangsa Indonesia?

Dilansir dari laman kemdikbud.go.id, Amir Hamzah adalah sastrawan Indonesia yang terkenal sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Lahir di Binjai, Langkat, Sumatra Utara, 28 Februari 1911, pemilik nama Tengku Amir Hamzah ini merupakan putra dari Tengku Muhammad Adil, pangeran. Ayahnya menjadi wakil sultan di Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dengan gelar Tengku Bendahara Paduka Raja. Sedangkan, ibunya bernama Tengku Mahjiwa.

Setelah tamat dari HIS Tanjungpura tahun 1924, Amir tercatat bersekolah MULO di Medan, sekolah AMS (Aglmeene Middelbare School)  Jurusan Sastra Timur di Solo dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Hakim Tinggi Jakarta.

Amir Hamzah bekerja pertama kali sebagai guru di Perguruan Rakyat (bagian dari Taman Siswa) Jakarta. Di sinilah pertemuan pertamanya dengan Sultan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Sanusi Pane.
Amir Hamzah melibatkan diri dalam majalah Poedjangga Baroe. Dia juga menulis karya sastra di dalam majalah Timboel, Pandji Poestaka, Poedjangga Baroe, dan lain-lain.

Pada 1935 Amir Hamzah diminta oleh pulang kampung ke Langkat untuk menikah dengan Tengku Kamaliah, putri Sultan Langkat dan diberi gelar Tengku Pangeran Indra Putra.

Dalam suatu revolusi sosial di Langkat pada 7 Maret 1946, Sultan Langkat termasuk Amir Hamzah. Mereka tidak pernah muncul lagi sejak penangkapan itu. Diketahui kemudian bahwa Amir Hamzah tewas dipancung oleh algojo, pada 20 Maret 1946 pukul 20.00 WIB. Amir Hamzah merupakan salah seorang korban revolusi yang difitnah sebagai seorang yang bekerja sama dengan Belanda.

Warisan sastra
Diabadikannya nama Amir Hamzah sebagai nama masjid di kawasan TIM juga merupakan kado besar di Hari Sastra Indonesia yang diperingati setiap 3 Juli. Pasalnya, dalam dunia kesastraan Amir Hamzah adalah seorang sastrawan yang sangat penting. Dari tangannya telah lahir puisi-puisi yang indah dan menarik. Dia berhasil menciptakan puisi-puisi dengan rangkaian kata yang khas Melayu.

Bukunya yang sudah terbit adalah Nyanyi Sunyi (1937), Buah Rindu (1941), Sastra Melayu Lama dengan Tokoh-Tokohnya (1941), dan Esai dan Prosa (1982).

Terjemahan syair yang dihasilkan Amir Hamzah, antara lain Bhagawad Gita (dimuat dalam Poedjangga Baroe, 1933—1934), dan Setanggi Timur (terjemahan puisi Jepang, Arab, Inia, Persia, dll., 1939).

Berbagai karangan Amir Hamzah yang tersebar dihimpun oleh H.B. Jassin dalam Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru (1963). Sejumlah puisi Amir Hamzah terdapat dalam antologi Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (1963, ed. H.B. Jassin).

Baca juga : Selamat Hari Sastra Indonesia!

Baca juga : Abdoel Moeis Gunakan Kata sebagai Senjata

Nilai kepahlawanan
Dilansir dari laman Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI), Presiden Republik Indonesia mengangkat Amir Hamzah sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres Nomor 106/TK/TH. 1975 pada 3 November 1975.

Kontribusinya pada bangsa ini antara lain, keaktifannya di Indonesia Muda (IM), salah satu organisasi pemuda yang berpartisipasi dalam Kongres Pemuda menghasilkan Sumpah Pemuda.

Di tangan Amir Hamzah, karya sastranya mempunyai keindahan yang tahan uji dan akan menjadi warisan yang sangat berharga untuk dipelajari dan ditelaah oleh angkatan sekarang dan akan datang.

Selain mahir menulis kisah tentang kehidupan istana, juga kehidupan rakyat jelata dan menggubah syair. Semua karangannya tidak satupun menggunakan bahasa asing. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik