Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Teknologi dan SDM Indonesia Dinilai Siap Hadapi Covid-19

Ardi Teristi Hardi
24/5/2020 11:30
Teknologi dan SDM Indonesia Dinilai Siap Hadapi Covid-19
Ilustrasi-- Peneliti melakukan formulasi Rapid Test CePAD Antigen di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatika Unpad.( ANTARA/M Agung Rajasa)

TEKNOLOGI dan SDM Indonesia dinilai siap menghadapi Covid-19. Hal tersebut terungkap dalam seminar Siapkah Teknologi Indonesia menghadapi Covid-19? yang diselenggarakan Dewan Guru Besar (DGB) UGM, Jumat (22/5), secara daring.

"Teknologi Indonesia siap menghadapi covid-19 dengan beberapa catatan yang mesti diperhatikan," terang  Dekan Farmasi UGM Agung Endro Nugroho.

Pertama, hilirisasi produk yang dihasilkan peneliti dari berbagai  lembaga penelitian, universitas, maupun lainnya harus dipercepat.

UGM contohnya, saat ini telah menghasilkan berbagai macam inovasi, baik alat kesehatan, obat, herbal hingga suplemen untuk mendukung penanganan covid-19.

Baca juga: PT Pindad Buat Ventilator Noninvasif untuk Pasien Covid-19

Beberapa inovasi yang dihasilkan masih berupa prototipe, sedangkan yang lain berupa produk yang sudah diproduksi mandiri/digunakan secara luas, tetapi belum memiliki izin produksi/izin edar.

Agung mengapresiasi Kemenkes yang telah berupaya mempercepat pemberian izin edar produk-produk dalam negeri untuk komoditi alkes dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang dibutuhkan melalui mekanisme One Day Service. Kebijakan tersebut dinilai dapat mempercepat penanganan covid-19 di tanah air.

Kedua, optimalisasi peran unsur-unsur di perguruan tinggi agar dapat menghadapi covid-19, dari hulu sampai hilirisasi. Ketiga, koneksi antarunsur-unsur harus diperkuat.

"Konsep pentaheliks (pemerintah, masyarakat, akademisi, swasta, dan media) harus diperkuat," kata dia.

Semua komponen harus memiliki semangat dan keselarasan dalam mengopimalkan inovasi-inovasi teknologi yang dihasilkan.

Dosen Fakultas Teknik UGM Andhika Widyaparaga menambahkan kolaborasi menjadi kata kunci penting yang akan mendukung keberhasilan pengembangan alkes di Indonesia.

"Saat situasi seperti ini, semua harus kerja sama. Yang penting itu upaya bersama membantu dalam mengatasi persoalan yang ada," jelas dia.

Pengembangan dan pemanfaatan alkes dalam negeri harus ditingkatkan. Pasalnya, hingga saat ini, sebanyak 90% Alkes di Indonesia produk impor, sedangkan produk dalam negeri hanya 10%.

Dia yakin, alkes di Indononesia akan berkembang ke depan. Pasalnya, industri alkes saat ini menjadi salah satu industri andalan dalam Bangun Industri Nasional Nasional berdasar Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.

"Permintaan alkes di dalam negeri besar dan ketersediaan infrastruktur serta SDM cukup memadai dan relatif murah," kata dia.

Kepala Pusat Studi Bioteknologi UGM, Siti Subandiyah menekankan pada tantangan yang harus dihadapi dalam penanganan Covid-19.

"Ego sektoral dan ego  individual masih kental, termasuk dalam pengembangan riset bioteknologi," nilai dia.

Penghilangan ego sektoral dan individual penting karena, dalam bioteknologi saja misalnya, memerlukan kerja sama multidisiplin ilmu. Tanpa kerja sama lintas disiplin ilmu, perkembangan riset bioteknologi Indonesia akan terhambat.

Fasilitas riset bioteknologi juga harus ditingkatkan. Apabila fasilitas riset tidak ditingkatkan, peneliti tanah air sulit berinovasi sehingga bisa semakin tertinggal dari negara-negara lain.

Di tengah tantangan-tantangan yang dihadapi, ia tetap optimis, Indonesia berpeluang mengembangkan riset bioteknologi lebih jauh.

"Indonesia yakni secara pengetahuan dan keterampilannya sudah siap," pungkas dia. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya