Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BERMULA dari sekadar nong-krong bersama teman-temannya di rumah, Budhi Eka Paksi, 52, mengeluarkan koleksi bukunya untuk dibaca bersama. "Daripada cuma ngobrol atau main gadget, jadi kepikiran bikin tempat baca-baca. Namanya Rumah Pintar," jelas Budi ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin.
"Saya sendiri bukan kutu buku, tapi saya merasa berkewajiban untuk memberikan sarana di sini," imbuhnya. Ia resah melihat kebiasaan anak-anak yang terlalu larut dalam gawai. Sayangnya, orangtua mereka justru memfasilitasi dengan memberikan gawai yang bagus dan membelikan paket data internet.
Rumah Pintar berlokasi di kediaman Budhi di Jelekong, Baleendah, Jawa Barat. Buku yang tersedia berjumlah 400 berasal dari koleksi pribadi Budhi serta sumbangan dari teman-temannya. Tak disangka, anak-anak datang untuk ikut membaca di rumah Budhi.
Budhi kemudian mencari informasi untuk menjadikan Rumah Pintar berstatus legal. "Saya kaget banyak regulasi-nya. Harus daftar online, ngisi pertanyaan. Misalnya, tempat di mana, rumah ada sertifikat atau belum. Padahal rumah saya hanya punya kuitansi karena belum bisa pakai akta jual beli," tuturnya.
Ia mencari informasi mengenai legalitas yang diperlukan untuk mendirikan taman bacaan masyarakat. "Kami pa-tungan, ngurus izin ke notaris, dinas (pendidikan), akhirnya bisa berdiri TBM Jerami, singkatan dari Jelekong Rampai Ilmu," ujarnya. TBM Jerami resmi berdiri pada Agustus 2019 di bawah naungan Yayasan Widya Eka Paksi yang sengaja didirikan sebagai payung hukum TBM Jerami.
Setelah menjadi TBM Jerami, koleksi bukunya melonjak menjadi lebih dari 3.600. Koleksinya beragam, mulai dari buku pelajaran, buku cerita, dan juga buku resep masak.
"Di sini juga ada wi-fi gratis, jadi memudahkan anak-anak mengerjakan tugas sekolah. Karena di sini rata-rata ekonominya kurang, kalau ada yang bilang orang tuanya ada PR yang pakai internet, malah dimarahi. Makanya anak-anak ke sini," ujarnya.
TBM Jerami juga memproduksi film sendiri berjudul Kerajaan Ilmu mengenai tekad seorang anak. Film ini juga diputar di sejumlah sekolah yang meminta izin pada TBM Jerami.
Hingga kini, biaya operasional TBM dan layanan seperti wi-fi masih ditanggung renteng Budhi dan teman-temannya meski ia juga menerima jika ada bantuan dari luar. Ke depan, ia berharap TBM Jerami bisa menjadi tujuan wisata pendidikan, melengkapi keberadaan Jelekong sebagai desa wisata budaya. (Indrastuti/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved