Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
MANAGEMEN Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Kota Depok menilai virus korona 2019-nCoV memiliki gejala yang sama dengan infeksi virus pernafasan lainnya seperti influenza. Bedanya, virus korona ini memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal.
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) Raden Rara Diah Handayani mengungkapkan hal itu di RSUI Kota Depok, Selasa (4/2).
Ia mengatakan gejala umum dari penyakit ini berupa demam dengan suhu 380C atau lebih, batuk, pilek, nyeri tenggorokan hingga gejala infeksi saluran napas bawah yang berat yaitu pneumonia dengan gejala seperti demam, batuk berdahak, dan sesak napas.
"Pada pneumonia, pertukaran oksigen bisa terganggu sehingga orang mengalami kegagalan pernafasan yang dapat berujung pada kematian," ucap Diah.
Menurutnya, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh 2019-nCoV, namun juga dipengaruhi faktor kerentanan seperti usia yang sudah tua sehingga daya tahan tubuh lemah dan juga penyakin lain yang sudah ada.
"Jika kita atau ada orang di sekitar yang memiliki gejala di atas dengan riwayat perjalanan dalam 1 bulan terakhir ke wilayah Cina (terutama Wuhan), atau ke negara-negara yang kasusnya sudah terkonfirmasi, atau pernah merawat/kontak dengan penderita 2019-nCoV, maka terhadap orang tersebut akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosisnya di RS yang menjadi rujukan," paparnya.
Ia mengatakan, virus korona dapat mengalami kelumpuhan di tengah suhu 56 derajat Celsius saat berada di luar sel inang atau ketika berada di ruang terbuka. Jadi coronavirus itu sensitif terhadap suhu panas.
“Virus tersebut juga dapat dilumpuhkan dengan alkohol pada kadar tertentu dan cairan disinfektan yang mengandung chlorine, hydrogen peroxide disinfectant, chloroform dan pelarut lipid, " jelasnya.
Ia menjelaskan, belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini. Namun, gejala yang disebabkan oleh virus ini dapat diobati. Walaupun virus ini memiliki risiko kematian, namun angkanya masih rendah dibandingkan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh. Oleh karena itu pengobatan yang dilakukan harus didasarkan pada kondisi klinis pasien dan perawatan suportif dapat sangat efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Untuk mencegah penyakit termasuk penyakit akibat virus korona maupun virus lainnya misal virus yang menyebabkan influenza masyarakat dihimbau untuk menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), antara lain : mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir minimal selama 20 detik; hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci; menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin, penuhi Kebutuhan nutrisi dengan pola makan seimbang, istirahat cukup.
"Penanganan prosedur yang dilakukan terhadap pasien terduga mengidap virus korona adalah dengan menempatkannya dalam ruang isolasi. Tujuannya, katanya, agar penularan ke orang lain dapat dicegah," tuturnya.
Sementara, Direktur Pelatanan Sekunder dan Unggulan RSUI Kota Depok Sukamto menambahkan virus Influenza dan korona ialah dua virus berbeda, mempunyai gejala yang mirip, tetapi angka kematian virus korona lebih tinggi.
Vaksinasi penting dilakukan untuk memberikan perlindungan diri dan mencegah penyebaran. Vaksin Influenza dapat memberikan perlindungan selama setahun dan dapat diulang pemberiannya setiap tahun. Namun, virus korona belum ditemukan vaksinya. (OL-13)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved