Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Kreativitas tanpa Batas

Dero Iqbal Mahendra
30/11/2019 20:29
Kreativitas tanpa Batas
Seorang guru berfoto bersama Mendikbud Nadiem Makarim saat peringatan HUT Ke-74 PGRI, Sabtu (30/11/2019).(MI/Adi Maulana Ibrahim)

MENJADI guru bukan sebuah perkara mudah. Berbeda dengan pekerjaan lain yang objek pekerjaannya ialah benda mati, guru setiap hari berinteraksi dengan mahluk hidup yang harus mereka bimbing.

Terlebih, pendidikan harus memanusiakan manusia dan guru menjadi ujung tombak dalam proses tersebut.

Baca juga: Momentum Pergerakan Kemajuan Pendidikan

Guru pun dituntut untuk kreatif guna menyampaikan nilai-nilai luhur pendidikan sebab keterbatasan bukan menjadi kendala, melainkan tantangan dalam mendidik siswa.

Baca juga: Guru Dituntut Tingkatkan Profesionalisme

Tak mengherankan jika ada ungkapan 'menjadi guru adalah panggilan jiwa', berikut sejumlah curahan hati dari para guru akan profesinya. (S1-25)


Hanya karena Niat Melayani


Guru PAUD Maria Study Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat Sofia Fifi Hommy

SAYA memulai segalanya dari nol, dengan segala kekurangan hanya demi niat melayani masyarakat Kampung Reyob, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Dimulai dengan menggunakan kantor kampung untuk sekolah anak-anak, bahkan sekolah tetap berjalan meski tanpa gaji. Ketika dilibatkan dalam kegiatan PKBM pun digunakan untuk membeli ATK bagi proses pembelajaran.

Kami bukan putra/putri Papua, tapi kami terpanggil untuk melayani mereka karena melayani bukan tentang siapa. Karena melayani bukan soal daerah asal, tapi melayani soal ketulusan hati.

Hati ini sedih saat melihat banyak anak-anak sekolah yang tamat SD, tapi tidak tahu membaca sehingga mereka dipulangkan saat melamar ke SMP.

Melihat situasi seperti itu yang membuat hati ini terpanggil untuk melayani dengan pemikiran untuk mengajar baca-tulis-hitung saat mereka di PAUD/TK sehingga mereka bisa siap ke SD.

Salah satu kendala dalam pendidikan di daerah ialah kesadaran akan pentingnya pendidikan yang masih kurang dari para orangtua. Para orangtua memiliki kebiasaan memboyong seluruh sanak keluarganya keluar kampung ketika di kampungnya tidak ada proyek atau pekerjaan dan baru kembali saat ada dana desa.

Meski sejumlah kesejahteraan sudah diberikan kepada guru, hal itu baru terasa bagi status pegawai, sedangkan untuk pegawai honor seperti saya masih belum merasakan hal tersebut.

Saya memang mendapatkan penghargaan juara satu Kepala TK tingkat Nasional, tetapi penghargaan terbaik ialah melihat siswanya dapat sukses dengan modal pendidikan. (*/S1-25)

Baca juga: Guru Penggerak Indonesia Maju

Jarak Sekolah Sangat Jauh

Guru TK Nurul Hidayah Kabupaten Rokan Hilir, Riau Surdani

SAYA memulai profesi sebagai guru sejak tamat SMA pada 2005 dan mulai mengajar di TK Nurul Hidayah.

Banyak kendala saya hadapi untuk menuju tempat kerja, salah satunya jarak tempuh yang sangat jauh, setidaknya 10 km.

Tahun pertama saya mengajar pernah sekali berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena sepeda saya waktu itu rusak. Untuk mencapai sekolah saya harus menempuh jalan pintas sejauh 4 km dengan kondisi jalan yang naik-turun bukit. Saya harus melalui kebun masyarakat.

Rute ini biasa digunakan ayah saya saat bekerja sebagai penyadap karet. Pengalaman berjalan kaki ini ketika itu berlangsung selama lima hari. Meski harus berjalan kaki, rasa lelah saya hilang saat tiba di sekolah, ketika anak-anak didik menghampiri dengan riang gembira.

Inilah pengalaman yang tak terlupakan buat saya hingga sekarang. Meskipun saat itu umur saya masih terlalu muda, masyarakat sekitar sangat menghormati seorang guru. Mereka selalu ramah menegur sapa setiap bertemu dengan saya dan rekan-rekan saya. (*/S-1)

 

Belajar Berbagai Hal Baru

Guru SD Negeri 12 Dauh Puri Kota Denpasar, Bali I Ketut Budiarsa

BANYAK pengalaman yang diperoleh selama mengikuti proses kompetisi meraih gelar guru berprestasi. Hal itu menjadi bekal agar dapat menerapkan pembelajaran yang lebih baik bagi anak didiknya.

Saya mengikuti pemilihan guru berprestasi tidak hanya untuk mencari prestasi pribadi, tetapi juga untuk belajar berbagai hal baru.

Saya memperoleh banyak hal baru dari guru-guru lain yang memiliki karya dan inovasi yang baik untuk memajukan dunia pendidikan di masa mendatang. Saya sudah menjadi PNS sejak 2009 dan bersyukur akan peningkatan kesejahteraan bagi PNS guru yang sudah mendapat tunjangan yang cukup, yakni memenuhi kebutuhan pokok. Begitu juga tunjangan profesi yang dapat menunjang kesejahteran keluarga sekaligus peningkatan kompetensi sebagai guru.

Meski demikian, saya berharap kesejahteraan guru ke depannya perlu disesuaikan dengan jumlah keluarga yang memang perlu ditanggung.

Diharapkan dengan peningkatan kesejahteraan guru dan keluarga secara bertahap dapat menjadikan guru lebih fokus dalam menjalankan tugas dalam mendidik dan mengajar di sekolah, sekaligus mengembangkan keprofesiannya yang berdampak kepada peningkatan mutu pendidikan. (*/S1-25)

 

Berupaya Adil kepada Semua Siswa


Guru SMP Negeri 4, Kota Mataram, NTB Endang Sriningsih

MENJADI guru selama ini dipenuhi dengan berbagai pengalaman menarik dan menjadi pribadi yang adil dalam memperlakukan seluruh murid, tanpa membeda-bedakan asal maupun latar belakang ekonomi serta mengedepankan prinsip pendidikan dalam mendidik siswa.

Saya mengajar sejak 1996 di SMPN 4 Mataram NTB. Peserta didik berasal dari berbagai kalangan ekonomi, seperti anak kusir cidomo, guru, asisten rumah tangga, dokter, pedagang. Di antara mereka juga ada yang sangat malas, malas, rajin, ada pula yang sangat rajin. hal ini mengondisikan saya untuk belajar cara menghadapi dan membimbing peserta didik.

Salah satu cara menyiasati kondisi itu ialah memaklumi adanya perbedaan dan memberi pengertian kepada peserta didik bahwa tujuan ke sekolah ialah belajar atau mendapatkan ilmu. Maka itu, perbedaan tingkat sosial ekonomi dan rasa malas bisa saya tekankan kepada mereka untuk dikesampingkan.

Awalnya sangat sulit dilakukan, tetapi seiring berjalannya waktu saya terbiasa dan menikmati peran sebagai guru.

Saat ini nasib guru secara umum sudah sejahtera. Saya berharap guru honorer yang masa pengabdiannya lebih dari 10 tahun diutamakan dalam penerimaan CPNS, sebagai wujud perhatian atas pengabdian dan pengalaman mengajarnya.

Terkait dengan pelatihan kurikulum, khususnya dalam hal proses pembelajaran dan penilaian, saya berharap disosialisasikan sampai tuntas sehingga semua tenaga pendidik paham. (*/S1-25)

 

Arahkan Siswa Sesuai Minat

Kepala SMA, Tanjung Jabung Timur, Jambi Pahrin Wirnadian

DALAM kepemimpinan dan manajemen sekolah, kita harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan apa, bagaimana, di mana, dan dengan cara apa mereka belajar.

Dengan memberikan pendidikan dan mengarahkan siswa dengan minat yang mereka miliki akan berdampak positif pada perkembangan kualitas pendidikan sekolah dalam jangka panjang.

Metodenya dengan scaffolding kemandirian siswa yang merupakan bantuan sementara yang diberikan pada siswa di wilayah di mana siswa tidak mampu melakukannya sendiri.

Para siswa diberi pembimbingan melakukan sesuatu, diberi kesempatan melakukannya berulang-ulang, mendapatkan pengalaman pribadi, dan membentuk sikap mandiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Selain itu juga memiliki tanggung jawab untuk meneruskan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah terbangun secara berkesinambungan.

Perubahan besar terjadi dalam penegakan disiplin sekolah karena siswa menjadi lebih patuh dengan aturan yang telah mereka sepakati sendiri.

Penegakan disiplin tidak hanya oleh guru, tetapi juga melibatkan perwakilan siswa setiap kelas yang menjadi duta disiplin sekolah. Pakaian siswa dan penampilan siswa semakin rapi, serta tumbuh sikap sopan dan santun yang semakin lama semakin kuat hingga menjadi ciri sekolah. Siswa menjadi lebih mandiri dalam mengelola setiap kegiatannya sehingga prestasi semakin meningkat.

Karena itu, saya meraih prestasi di tingkat nasional sebagai best practice dalam manajemen sekolah. (*/S1-25)

 

Mengembangkan Delapan Karakter Cinta

Kepala SMP Sabilillah Malang Idi Rathomi Baisa

PENDIDIKAN karakter di SMP Islam Sabilillah Malang diintegrasikan dalam kehidupan anak sehari-hari. Pendidikan karakter diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler, kurikuler, maupun ekstrakurikuler.

Visi pendidikan karakter SMP Islam Sabilillah ialah siswa Sabilillah penuh cinta (SSPC). Visi tersebut berupaya untuk megembangkan karakter delapan cinta (we love), yaitu cinta Allah dan Rasul, cinta orang tua dan guru, cinta sesama, cinta diri sendiri, cinta keunggulan, cinta ilmu pengetahuan dan teknologi, cinta alam sekitar, dan cinta bangsa dan negara.

Kedelapan cinta tersebut dikembangkan menggunakan kerangka konseptual cinta yang menyeluruh, yaitu cinta 360 derajat. Berbekal delapan cinta tersebut, sekolah menginginkan seluruh siswa dapat menggapai derajat kemulyaan maqoman mahmuda, yaitu menjadi manusia bahagia hidupnya di dunia dan akhirat.

Kedelapan karakter tersebut diimplementasi dalam kehidupan siswa di sekolah melalui pendekatan proyek. Pembiasaan karakter baik dikemas dalam kegiatan berbasis proyek, yaitu menghasilkan produk nyata dari tiap-tiap nilai karakternya.

Penerapan strategi cinta 360 derajat berbasis proyek berdampak positif pada peningkatan capaian prestasi siswa dalam bidang kurikulum maupun bakat dan minat. Prestasi tersebut berupa prestasi lomba maupun prestasi peningkatan kualitas karakter siswa. (*/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya