Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Terapi Inovatif untuk Kanker Limfoma Hodgkin

(Ata/H-3)
20/11/2019 07:40
Terapi Inovatif untuk Kanker Limfoma Hodgkin
Kanker kelenjar getah bening(Dok.MI)

KANKER limfoma hodgkin merupakan kanker yang menyerang kelenjar getah bening yang terletak di leher dan kepala. Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik RSCM Ikhwan Rinaldi mengungkapkan, limfoma hodgkin memiliki angka kesembuhan yang tinggi. Meski demikian, ada kemungkinan kecil (10%-30%) untuk kambuh.

Saat ini teknologi pengobatan inovatif antobody drug conjugate (ADC) meningkatkan harapan hidup pasien kanker limfoma hodgkin yang mengalami kekambuhan.

"Jika umumya pasien kambuh harus melakukan transplantasi sumsum tulang, dengan pengobatan ADC, pasien tidak perlu melakukan hal itu," jelas Ikhwan di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Rabu (13/11).

Pengobatan ini merupakan salah satu bagian dari manajemen tata laksana kekambuhan nontransplantasi dalam bentuk targeted therapy yang menggabungkan monoclonal antibody dan zat sitotoksik serta mampu secara spesifik mengenali dan membunuh sel kanker.

"Obat pintar ini merupakan kombinasi antibodi dan zat sitotoksik yang disebut ADC. ADC ini mengandung dua komponen, yaitu antibodi monokolonoal anti-CD30 yang dinamakan brentuximab dan monomethyl auristatin E (MMAE) yang merupakan agen antineoplastik sintetis dan dinamakan vedotin. Maka, obat pintar ini dinamakan Brentuximab Vedotin (BV)," kata Ikhwan.

Ikhwan melanjutkan, BV bekerja dengan cara berkaitan dengan CD30 di permukaan sel limfoma hodgkin untuk selanjutnya masuk ke sel dan melakukan penghentian siklus kehidupan sel sehingga terjadi kematian sel.

"Dengan demikian, obat pintar ini bekerja dengan mengenali dan menghancurkan hanya sel limfoma hodgkin dan tidak menghancurkan sel lain sehingga efek samping yang ditimbulkannya relatif lebih ringan ketimbang kemoterapi pada umumnya," tuturnya.

Namun begitu, Direktur Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospital Semanggi, Adityawati Ganggaiswari, mengungkapkan, inovasi pengobatan kanker limfoma hodgkin masih menemui sejumlah tantangan, di antaranya keterbatasan jumlah SDM yang ahli.

"Di lapangan sebagian besar pasien dapat mengakses pelayanan kanker, tapi pada pasien BPJS masih terdapat berbagai tantangan dalam hal ketersediaan obat dan waktu pelayanan, mengingat keterbatasan SDM yang tersedia," tuturnya

Berdasarkan data Globocan, tercatat ada sebanyak 79.990 kasus pasien kanker limfoma hodgkin di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, terdapat 26.167 kasus kematian pada 2018. Di Indonesia, terdapat sebanyak 1.407 kasus kanker limfoma hodgkin dengan 574 orang meninggal pada 2018.

Gejalanya tidak spesifik, seperti pembesaran kelenjar getah bening tanpa nyeri, disertai demam, keringat malam, penurunan berat badan, lemas, nyeri abdomen, hepatosplenomegali, serta nyeri tulang akibat destruksi. (Ata/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya