Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
GERAKAN berkebaya sempat disebut sebagai upaya permurtadan terselubung oleh pihak tertentu. Menanggapi hal tersebut, aktivis perempuan Yenny Wahid mengaku bingung, sebab menurut dia tidak ada hubungannya antara berkebaya dengan murtad.
Dia memandang, tuduhan tersebut hanya berasal dari sekelompok orang yang berpikiran sempit. “Menurut saya kita sedang menghadapi situasi gelombang kelompok yang berpikir sangat sempit bahwa Islam itu hanya berciri fisik tertentu saja, termasuk cara pakaian tertentu saja,” kata Yenny Wahid dalam acara Rumpi Kebaya di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (8/10).
Yenny menjelaskan, dalam Al-Quran mengakui adanya keberagaman suku, etnik, budaya, dan bangsa di antara manusia di bumi. Keberagaman itu termasuk adanya perbedaan adat istiadat, cara berpakaian, makanan khas, dan lainnya.
“Dengan perbedaan itu, oleh Allah kita disuruh saling mengenal bukan saling bermusuhan. Al-Quran itu mengakui adanya keberagaman budaya, keberagaman etnik, keberagaman suku,” imbuhnya.
Baca juga: #SelasaBerkebaya Sebagai Upaya Kembalikan Jati Diri Bangsa
Selain itu, Yenny mengungkapkan bahwa Islam sangat menghargai tradisi-tradisi lokal. Bahkan, dia menuturkan, tradisi menjadi salah satu sumber pegangan hukum dalam Islam.
“Jadi kalau ada yang mencoba membenturkan antara budaya dalam hal ini kebaya dengan Islam, itu menurut saya sangat tidak tepat dan menunjukkan bahwa dia tidak mengerti ajaran agamanya sendiri,” tuturnya.
Oleh karenanya, Yenny menghimbau masyarakat agar tetap percaya diri menggunakan kebaya dan tidak menghiraukan tudingan tersebut.
“Katakan saja bahwa kebaya itu tidak murtad yang penting kita PD (percaya diri),” tandasnya.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved