Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
SABTU (28/9) pukul 16.00–18.00 WIB, di depan Sport Center Pantai Panjang, Kota Bengkulu, sekitar 100 penari dari Essy Studi bersama hampir 1.000 warga Kota Bengkulu melakukan Flash Mob dengan menarikan Tari Saputangan secara massal.
Para penari berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, dari anak-anak, remaja, orang tua, bahkan lansia.
Gerakan itu berawal dari kegelisahan lima perempuan yang menamai diri sebagai Indonesia.id pada rasa kebersamaan, toleransi, dan kebhinekaan masyarakat Indonesia yang dirasa mulai hilang,
Mereka memiliki ide untuk melakukan kampanye keberagamaan yang melibatkan masyarakat melalui gerakan kebudayaan flash mob tari.
Baca juga: Duta Seni Boyolali Kumandangkan Indonesia Raya di Spanyol
"Indonesia, tahun ini, tepat berusia 74 tahun. Kita patut bangga hidup di negeri dengan masyarakat yang multikultural dan beragam budaya. Karena sejatinya keberagaman budaya Indonesia merupakan kekuatan sekaligus identitas bangsa Indonesia. Mencintai Indonesia artinya mencintai seluruh keragaman budayanya. Tarian tradisional merupakan cerminan seluruh keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Kita tidak menginginkan tarian tradisional Indonesia tergerus oleh masuknya budaya penyeragaman dari kelompok yang anti terhadap keberagaman. Karena pada dasarnya seni tradisional selalu mengandung nilai-nilai luhur dan pesan keteladanan," ungkap Indonesia.id dalam keterangan resmi mereka, Minggu (29/9)
Kegiatan itu diawali Tari Congkek di Jakarta pada 18 Agustus. Sejauh ini sudah lima kota yang menjawab tantangan merayakan keberagaman ini, yakni Kota Bandung, Makassar, Solo, Jember dan Medan.
Di Bengkulu, diinisiasi Yayasan PUPA yang mendorong Forkomwil PUSPA Provinsi Bengkulu, WPPKBI dan Essy Studio untuk menyambut tantangan ini. Bengkulu adalah kota keenam yang menggemakan gerakan keberagaman ini.
Mengapa Tari Saputangan? Tari Saputangan, pada zamannya, selalu dibawakan mengiringi tari tarian adat lainnya, seperti tari persembahan dan tari gandai.
Tari Saputangan berirama riang dan luwes dalam gerakan. Gerakan tangan dimulai dari penghormatan pada semua yang hadir.
Gerakan yang terlihat menjadi ciri utama tarian sapu tangan ini adalah gerakan berpegangan tangan, berpasangan dan berkelompok membentuk lingkaran. Gerakan itu memiliki makna bahwa dalam hidup bermasyarakat kita harus selalu bergotong royong, saling menjaga kekompakan dan bersama-sama menjadi lebih kuat. Seperti ungkapan masyarakat Bengkulu, “Besamo kito Kuek”.
Tarian ini sudah sangat jarang lagi ditarikan masyarakat Bengkulu.
"Oleh karena, kami mengajak masyarakat Bengkulu, juga seluruh masyarakat Indonesia untuk menari, kembali merayakan keberagaman, karena sejatinya Negara ini memang lahir dari keberagaman. Melalui tarian pula, kita bisa memutus rantai kekerasan yang terjadi di sekitar kita. Saling menguatkan satu sama lain," pungkas Indonesia.id. (RO/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved