Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Industri Startup Lokal Bisa Majukan Perekonomian

MI
28/8/2019 08:30
Industri Startup Lokal Bisa Majukan Perekonomian
Menristek-Dikti Mohamad Nasir(Dok Harteknas)

PERUSAHAAN rintisan atau startup terus tumbuh menjamur di Tanah Air. Hal tersebut membuktikan startup menjadi tren bisnis baru dan mampu menciptakan banyak entrepreneur muda dari berbagai kalangan masyarakat, termasuk yang berasal dari kampus.

Terkait dengan hal itu, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) menganggarkan dana Rp400 miliar untuk mendukung perkembangan perusahaan rintisan pada 2019. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohamad Nasir menjabarkan, anggaran pengembangan perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT) atau startup tahun ini naik dari realisasi tahun lalu sejumlah Rp275 miliar.

Anggaran tahun ini akan dialokasikan Rp295 miliar untuk pengembangan 295 tenant atau calon startup serta Rp75 miliar untuk 73 prototipe industri. “Anggaran sisanya akan dipakai untuk startup yang membutuhkan dana,” ujar Nasir beberapa waktu lalu.

Sejak 2015, disampaikan Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Kemenristek-Dikti Retno Sumekar, secara akumulasi ada 1.200 startup yang memperoleh pendanaan dari kementerian. Mereka terdiri dari segmen usaha TIK, material maju, bahan baku, transportasi, energi, dan kesehatan obat.

Layanan yang dikembangkan para startup tersebut harus berbasis riset, penelitian, inovasi yang komprehensif, dan harus berbasis teknologi, apa pun bentuknya. Dari semua startup yang difasilitasi oleh Kemenristekdikti, mayoritas masih berada di Jawa yang jumlahnya sekitar 70% dan sisanya di luar Jawa.

Sekitar 70% peserta datang dari kalangan milenial. Ada proses seleksi ketat yang dilakukan kementerian berdasarkan jenis layanan yang ditawarkan serta dampaknya secara ekonomi. Setiap proposal yang masuk wajib sudah memiliki prototipe. Kemenristek-Dikti menginginkan perusahaan rintisan yang dibiayai benarbenar
tumbuh.

Setiap tahun, jumlah startup yang diberikan insentif oleh kementerian selalu bertambah. Sebagai gambaran, saat baru mulai di 2015, jumlahnya baru 52 usaha. Pada 2016, sebanyak 312 startup, 2017 sebanyak 660 startup, 2018 menjadi 986 startup, kemudian tahun ini angkanya menjadi 1.200 startup.


Kolaborasi

Secara rerata tiap tahun kementerian menerima 800-1.000 proposal. Dari segi dana, setiap startup yang lolos akan menerima dana dari kementerian berkisar Rp200 juta sampai Rp300 juta, tergantung dari jenis layanan dan kebutuhannya. Dana tersebut mereka dapatkan dalam dua tahap dalam jangka waktu delapan bulan.

Di empat bulan pertama dilakukan evaluasi oleh tim ahli dari kalangan pelaku bisnis dan professional yang dibentuk kementerian untuk menilai apakah bisnisnya benar
jalan atau tidak. Selayaknya startup pada awal perjalanan tidak semua yang mendapat pendanaan dari kementerian akan berhasil bisnisnya. Prosentase keberhasilan (success rate) dari total 1.200 starup yang diberikan insentif masih relatif rendah.

Ekosistem startup di Indonesia baru merebak pada 2014. Dalam kurun empat tahun, jumlah startup baru di Tanah Air menembus 1.307 unit. Sebanyak 1.307 startup tersebut dibagi menjadi dua kategori, yakni perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT) yang sudah masuk industri dan calon PPBT.

Menristek-Dikti menyatakan, pengembangan startup di Tanah Air membutuhkan peran dari pelaku industri dan perguruan tinggi. Salah satunya dengan membuat program studi yang ada di perguruan tinggi dapat menunjang lahirnya startup. Salah satu yang sudah mulai dilakukan, antara lain yang belum lama Menristek-Dikti
resmikan, yaitu Tokopedia-UI Artificial Intelligence Center of Excellence (Pusat Unggulan Kecerdasan Buatan) di Universitas Indonesia. Sebelumnya juga telah diresmikan ITB-Bukalapak Laboratorium Artificial Intelligent dan Cloud di ITB.

Kolaborasi antara perguruan tinggi dan pelaku industri merupakan langkah penting untuk melahirkan para ahli kecerdasan buatan di Indonesia yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan perusahaan startup dan industri baik dalam maupun luar negeri.

“Kalau ini bisa dilakukan secara masif, Indonesia ke depan tidak akan mengalami kesulitan dalam sumber daya manusia. Sekarang para startup masih kesulitan mencari resources di bidang artificial intelligence yang dibutuhkan industri tersebut,” ungkap Menteri Nasir.

Saat ini perusahaan startup masih membutuhkan banyak tenaga ahli di bidang ilmu komputer dan sistem informasi, lebih spesifiknya dalam  kecerdasan buatan. Dia berharap perguruan tinggi lain juga bisa melakukan hal yang sama, secara masif, secara nasional, supaya bisa dilakukan nilai tambah ekonomi.

“Tugas pemerintah adalah bagaimana memperkuat kolaborasi antara industri dengan peneliti, serta munculnya kolaborasi dengan investor,” tutup Nasir. (Try/S1-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya