Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Diaspora Dukung Rektor Impor  

Sri Utami
06/8/2019 07:15
Diaspora Dukung Rektor Impor  
Presiden Indonesian Diaspora Network – Global (IDN-Global) Mark Gerald Eman (tengah)(Antara)

PRESIDEN Indonesian Diaspora Network (IDN) Global Mark Gerald Eman mendukung perekrutan rektor asing untuk mendukung peningkatan rangking perguruan tinggi di Tanah Air. Hal itu perlu dilakukan karena persaingan dunia usaha serta teknologi yang berkembang ketat. 

“Itu ide bagus karena teknologi berkembang dengan cepat, dan perguruan tinggi juga harus bisa mengikutinya,” ujar Gerald di Jakarta,  Senin (5/8).

Gerald menegaskan, pihak diaspora bahkan siap membantu pemerintah dalam memperbaiki tata kelola di perguruan tinggi. 

Sejauh ini perekrutan rektor-rektor asing, kata dia, telah dilakukan sejumlah universitas di luar negeri. Seperti di Nanyang Technological University (NTU) yang menempati peringkat atas kampus di dunia. 

Wacana mendatangkan rektor asing didengungkan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohamad Nasir yang akan menerapkannya pada 2020. Pasalnya, payung hukum yang ada saat ini tidak memungkinkan. Pada tahap awal, pemerintah akan menempatkan­ rektor asing pada dua hingga lima perguruan tinggi di Tanah Air. 

Terkait dengan gaji, Nasir mengusulkan pendanaan pemerintah dari anggaran Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). 

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria mengingatkan, ada perbedaan karakteristik­ antara perguruan tinggi di negara maju dan negara berkembang. Menurutnya, banyak perbedaan mendasar di antara kedua kelompok itu sehingga harus ada pertimbangan yang matang. 

Di negara maju, sambungnya, tidak ada lagi isu terkait dengan nasionalisme dan pembangunan karakter, sedangkan di negara berkembang hal tersebut masih menyedot perhatian masyarakat.  “Di negara maju sudah konsen bagaimana menghasilkan riset perguruan tinggi, menempatkannya ke teknokrasi, sedangkan kita masih menghadapi kultur PNS dan profesionalisme,” cetusnya.

Sementara itu, Universitas Indonesia yang tengah menyeleksi calon rektor baru, mengaku masih mengacu pada aturan saat ini yang mensyaratkan WNI untuk bisa menjadi rektor.

Sedang dipetakan
Hingga kini, Staf Ahli Menristek-Dikti Bidang Akademik Paulina Pane mengutarakan pihaknya masih memetakan kampus mana yang potensial untuk menerima rektor asing. “Rektor asing lebih cocok pada PT yang sudah developed, bahkan bisa diakselerasi untuk mencapai kualitas terbaik,” kata Paulina.

Pemetaan didasarkan pada target dan kapasitas perguruan tinggi, sumber daya manusia, hingga cendekiawan asing yang potensial menjadi rektor di Indonesia. “Jadi, masih banyak persiapan.” 

Anggota Dewan Kehormatan Forum Rektor Indonesia (FRI) Asep Saefuddin mendukung wacana rektor impor dengan catatan. “Persoalan PT ini tidak pimpinannya saja. Saat ini birokrasi itu cukup njelimet yang menyebabkan PT jalan di tempat sehingga PT kita tidak selincah PT di negara asing.” (Bay/Ant/Medcom.id/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya