Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
BALAI Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur bekerja sama dengan Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) kembali melepasliarkan orang utan hasil rehabilitasi ke habitat alaminya di hutan. Kali ini, empat ekor orang utan dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen, Kalimantan Timur.
"Total, sudah lebih dari 400 individu orang utan sukses dikembalikan ke alam di Kaltim sejak program rehabilitasi pertama kali dilakukan pada 2012," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur Sunandar Trigunajasa, Jumat (26/7).
Keempat orang utan yang dilepasliarkan bernama Elder, Anna Friel, Mori dan Edgar. Keempatnya dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen yang berstatus kawasan konsesi restorasi ekosistem seluas 86.450 hektare di Kabupaten Kutai Timur. Mereka dibawa dalam perjalanan panjang hampir 48 jam melalui rute darat dan sungai ke lokasi pelepasan.
"Dalam beberapa pekan belakangan kami di BKSDA Kalimantan Timur bekerja sama dengan Yayasan BOS tidak hanya berhasil menyelamatkan bayi orang utan melalui penyerahan dari masyarakat. Namun juga melepasliarkan sejumlah orang utan hasil proses rehabilitasi," imbuh Sunandar.
Baca juga: Empat Orang Utan Dilepasliarkan
Pelepasliaran oleh BKSDA Kalimantan Timur dan Pusat Rehabilitasi Orang Utan Yayasan BOS Samboja Lestari ini merupakan kali ketiga berturut-turut dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Pelepasliaran orang utan hasil rehabilitasi, ucapnya, bertujuan untuk memastikan orang utan lestari dan hidup sejahtera di habitat alaminya.
Menurut CEO Yayasan BOS Jamartin Sihite, pihaknya bersama BKSDA Kalimantan Timur telah melepasliarkan total 6 individu orang utan ke Kehje Sewen sejak akhir Juni lalu. Kurun waktu itu, ada empat jantan dan dua betina berusia 14-25 tahun dilepasliarkan.
Salah satu individu bernama Mori, sebelum dilepaskan menjalani tahap pra-pelepasliaran selama 10 bulan di Pulau Juq Kehje Sewen. Pulau itu merupakan pulau buatan hasil kemitraan antara Yayasan BOS dengan perusahaan perkebunan. Pulau Juq merupakan lahan berhutan seluas 82,84 hektar yang terletak di Kecamatan Muara Wahau.
Hutan buatan tersebut dinilai memiliki alam yang masih berkualitas dan terisolasi karena dikelilingi air sungai. Pulau Juq disebut layak untuk mendukung kebutuhan adaptasi dan sosialisasi bagi orang utan yang direhabilitasi. Ekosistem pulau itu memiliki kapasitas atau mampu menampung ketersediaan pakan hingga 40 orang utan.(OL-5)
Pelepasliaran juga dapat menambah populasi orangutan di habitat alaminya.
Orangutan jantan Aben, Muaro, Onyo, Batis, dan Lambai juga memiliki riwayat penyelamatan yang hampir sama ketika diselamatkan
Siti juga menekankan bahwa semua burung yang dilepasliarkan telah melalui pemeriksaan kesehatan yang ketat dan menjalani proses habituasi di kawasan Kebun Raya Indrokilo.
BALAI Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur bersama Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Jawa Timur melepasliarkan 275 ekor burung Madu pengantin.
Ketua Pengurus Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite mengatakan 300 lebih orang utan yang saat ini sedang Dalam masa perawatan menunggu pelepasliaran.
Lokasi pelepasliaran merupakan kawasan Hutan Lindung yang berada di bawah pengelolaan KPH III Langsa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved