Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Hari Anak Nasional, KPAI Ingatkan Efek Negatif Era Digital

Cahya Mulyana
23/7/2019 19:34
Hari Anak Nasional, KPAI Ingatkan Efek Negatif Era Digital
Ketua KPAI Susanto(Antara/Reno Esnir)

DI momen Hari Anak Nasional 2019, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan, masih terdapat sejumlah persoalan terkait dengan anak yang membutuhkan perhatian lebih.

Diantaranya ialah kejahatan seksual terhadap anak, kejahatan berbasis siber, pengabaian pemenuhan hak dasar akibat perceraian dan konflik orangtua dan radikalisme. Hal itu semuanya bisa terjadi secara cepat di era digitalisasi karena kurang sadar akan penyaringan informasi.

"Pintu masuk kasus kekerasan seksual polanya bergeser dari pola lama ke pola baru sebagai dampak dinamisme era digital. Berawal kenal melalui media sosial, kemudian bertemu dan dalam sejumlah kasus anak rentan jadi korban baik seksual, trafiking maupun kasus penipuan," terangnya kepada Media Indonesia, Selasa (23/7).

Menurut dia permasalahan itu harus menjadi perhatian bersama segenap anak bangsa saat ini. Orangtua perlu memperhatikan konteks tantangan kekinian agar anak dapat terproteksi sejak awal.

Hal lain, lanjut dia, tingginya angka perceraian di Indonesia seringkali juga menyisakan masalah bagi anak. Kelangsungan pendidikan, pemenuhan kesehatan, hak bermain anak serta pengembangan bakat terkadang juga terhambat.

Baca juga : Ini Harapan Anggota DPR RI Bagi Anak Indonesia

"Hal ini tentu perlu menjadi perhatian para orangtua agar mengokohkan dan menguatkan ketahanan keluarga agar anak tidak terpapar dampak masalah orang dewasa," katanya.

Sementara itu dinamisme dunia siber bukan tanpa masalah, lanjut dia, anak dalam sejumlah kasus dilibatkan sebagai pelaku, padahal seharusnya mereka dilindungi.

Kasus penipuan, jual beli barang terlarang, prostitusi online, tak jarang anak menjadi sasaran pelibatan, akibatnya berdampak kompleks bagi masa depan mereka.

"Kemudian indoktrinasi dan infiltrasi radikalisme di era digital pengaruhnya bagi anak sangat rentan. Karena anak tanpa sepengahuan orang terdekat rentan terpapar ideologi dan narasi radikalisme akibat intensitasnya dengan dunia digital," jelasnya.

Ia pun mengajak orang terdekat anak harus hadir tidak hanya saat anak terpapar masalah tapi justru bagaimana orang terdekat anak seperti orangtua, keluarga, sekolah dan lingkungan sosial mampu menunjukkan diri sebagai pelindung utamanya.

Hak anak untuk bermain penting difasilitasi. Namun faktanya tak semua media bermain anak aman untuk tumbuh kembangnya.

"Maka gim sadisme, kekerasan, bermuatan judi, pornografi, bermuatan SARA bahkan kebencian tak boleh hadir di ruang bermain anak. Ayo pastikan anak-anak Indonesia bermain dengan media yang aman, konten berkarakter dan relevan dengan fase perkembangannya," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik