Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Terapi Target untuk Tangani Kanker Paru-Paru

Indriyani Astuti
10/7/2019 08:55
Terapi Target untuk Tangani Kanker Paru-Paru
Ilustrasi -- Kanker Paru-paru(Tim Riset MI)

PUBLIK dikejutkan dengan kabar meninggalnya Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, 49, di Guangzhou, Tiongkok, pada Minggu (7/7) waktu setempat, saat menjalani pengobatan kanker paru-paru stadium 4. Sutopo didiagnosis terkena kanker paru-paru pada awal 2018. Menurut Sutopo, ia mengalami batuk yang tak kunjung sembuh sehingga memeriksakan kondisinya ke dokter. Diketahui, ia menderita kanker stadium lanjut.

Kanker paru-paru menjadi salah satu jenis kanker yang cenderung sulit dideteksi jika dibandingkan dengan jenis lain. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono mengakui bahwa deteksi faktor risiko kanker paru-paru di Indonesia perlu ditingkatkan.

"Deteksi dini kanker paru-baru bisa dilakukan di rumah sakit. Beda dengan deteksi dini kanker payudara dan serviks yang bisa dilakukan di puskesmas," ujar Anung.

Mengutip data WHO pada 2018, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia menempati urutan ke-8 di Asia Tenggara dengan angka 136,2/100.000 penduduk.

"Kanker paru-paru bisa dicegah dan diobati dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker paru-paru, termasuk mengetahui faktor risikonya," jelas dokter Sita Andarini PhD SpP(k) dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Sita menjelaskan, faktor risiko seseorang menderita kanker paru-paru utamanya ialah pajanan rokok serta faktor lain yang dipengaruhi pekerjaan, misalnya, orang yang bekerja dengan risiko pajanan silika dan asbes, serta adanya riwayat fibrosis paru, faktor genetik atau kerentanan terhadap kanker, serta polusi udara.

"Kelompok yang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru adalah laki-laki perokok, usia lebih dari 40 tahun, atau bukan kelompok di atas tetapi memiliki gejala respirasi yang tidak membaik dalam waktu dua minggu," jelas Sita. Ia menyarankan orang yang masuk dalam kelompok tersebut harus segera melakukan skrining atau pemeriksaan paru untuk deteksi awal melalui foto toraks, CT scan toraks, dan pemeriksaan lainnya.

"Biayanya memang tinggi, tetapi deteksi dini dapat menemukan kanker paru-paru dalam fase masih dapat dioperasi," ujar dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan.

Penanganan kanker paru-paru

Tata laksana atau penanganan kanker paru-paru tergantung jenis kanker, jenis molekuler, dan stadiumnya. Pengobatan pada pasien kanker paru-paru stadium awal umumnya dilakukan dengan operasi. "Biasanya sembuh setelah operasi atau curable," terangnya. Namun, operasi jarang bisa dilakukan pada kanker stadium lanjut. Penanganan kanker pada stadium ini, lanjut Sita, tergantung pada molekular markernya (penanda) sehingga diberi obat menggunakan terapi target (targeted therapy).

Ia mencontohkan, apabila ada mutasi gen EGFR (penanda), diberikan targeted therapy EGFR inhibitor, sedangkan pasien kanker paru-paru yang memiliki translokasi ALK positif dapat diberikan obat ALK inhibitor, dan bila PD-L1 positif tinggi dapat diberikan imunoterapi. "Penanganan terapi target dan imunoterapi tersebut sudah ada di Indonesia," tuturnya.

Penderita kanker paru-paru akan mengalami keluhan jika sela kanker sudah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Keluhan utama yang muncul, antara lain sesak, nyeri dada, batuk, dan batuk darah. Pasien akan diberi obat untuk meredakan nyeri, baik yang nonopioid maupun yang opioid seperti morfin. "Pengobatan ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru," tuturnya.

Sita menjelaskan, terapi kanker paru-paru yang berkembang pesat dapat meningkatkan angka tahan hidup pasien kanker (survival), sedangkan pengobatan yang tepat akan membantu pasien kanker paru-paru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Terapi kanker paru-paru diberikan berdasarkan ciri khas suatu individu karena tidak semua orang memberikan respons yang sama terhadap pengobatan yang sama. "Tidak semua pasien kanker paru-paru serta-merta mendapat kemoterapi," ujarnya.

Beberapa obat terapi target bagi pasien kanker paru, menurut Sita, sudah dijamin Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, misalnya, EGFR TKI sehingga dapat meringankan penderita kanker paru-paru dan keluarganya. Ia pun berharap nantinya semua obat-obat kanker dijamin dan masuk dalam formularium nasional atau daftar obat-obatan yang dijamin BPJS Kesehatan. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik