Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Kampus Didorong Cetak Lulusan Siap Kerja lewat Akademi Komunitas

Syarief Oebaidillah
08/7/2019 21:55
Kampus Didorong Cetak Lulusan Siap Kerja lewat Akademi Komunitas
Pendiri President University, Setyono Djuandi Darmono, dalam acara bedah buku di Jakarta.(Ist)

DUNIA kampus memasuki era revolusi industri 4.0 harus mampu mencetak wirausaha atau entrepreneur yang siap bekerja berkarya dan berkiprah di masyarakat demi kemajuan bangsa.

Untuk itu, perlu didorong agar atmosfer kampus dapat terbentuk mewujudkan hal itu melalui akademi komunitas.

"Ada sejumlah program supaya mahasiswa bisa siap kerja, di antaranya dengan membentuk akademi komunitas. Melalui skema tersebut, peserta didik didistribusikan ke sejumlah industri atau perusahaan di sekitar kampus. Seperti President University yang di dalamnya terdapat banyak perusahaan dan industri di kawasan Jababeka," ungkap pendiri President University, Setyono Djuandi Darmono, usai peluncuran bukunya yang berjudul 'Bringing Civilization Together' di Jakarta, belum lama ini.

Melalui keterangan tertulis yang diterima, Senin (8/7), Darmono mengutarakan skema akademi komunitas cukup efektif untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja. Sebab, sebagian besar perkuliahan dilakukan langsung di industri.

Dari sisi perusahaan, mereka juga terbantu karena mendapatkan tambahan pegawai dengan status masih mahasiswa akademi komunitas. Dia mengaku menaruh harapan besar pada pengelolaan pendidikan tinggi di kabinet baru 2019-2024 nanti.

Dia di antaranya berharap Indonesia tidak perlu memiliki banyak perguruan tinggi negeri (PTN). Sebaliknya, kampus swasta didorong menjadi semacam perusahaan atau perseroan terbatas (PT).

Dia menilai lembaga pendidikan tinggi seperti barang yang mewah. Orangtua memasukkan anaknya ke perguruan tinggi guna mendapatkan pembelajaran yang bagus. Namun, kebanyakan yang muncul keluhan para orangtua bahwa lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak terserap ke dunia kerja karena kemampuannya dinilai minim.


Baca juga: Kemenristekdikti Beri Beasiswa Perguruan Tinggi untuk Disabilitas


Karena itu, dia berharap perguruan tinggi di Indonesia, khususnya kalangan perguruan tinggi swasta (PTS), dapat dipertimbangkan dan mendapat izin pemerintah untuk berbentuk PT. Ia mencontohkan di Australia sudah banyak yang menerapkan PTS sebagai PT.

Dengan berbentuk PT, perguruan tinggi bisa memiliki keleluasaan untuk berkembang. Selain itu, karena sudah berbentuk PT, perguruan tinggi harus bisa memberikan jaminan kepada mahasiswanya dapat diterima bekerja setelah lulus.

Jika ada mahasiswa yang tidak terserap lapangan kerja, orangtua dapat memprotes dan menuntut perguruan tinggi tersebut. Dengan begitu, lanjut dia, perguruan tinggi tertantang untuk mencetak lulusan yang siap bekerja, menjadi wirausaha dan mempunyai kompetensi lulusan memasuki dunia kerja.

Namun, ia mengingatkan perguruan tinggi di era revolusi industri 4.0 ini harus mampu berkolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) serta mampu melakukan inovasi-inovasi.

Peluncuran buku Darmono tersebut dipandu mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulallah Jakarta, Prof Dr Komaruddin Hidayat dan menghadirkan narasumber mantan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional Prof Dr Joko Santoso, Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Dr Abdul Wahid Maktub, mantan Gubernur Lemhannas Budi Susilo Soepandji, dan mantan Ketua DPR Marzuki Ali.

Seluruh narasumber mengapresiasi pemikiran Darmono sebagai sosok pengusaha yang tidak hanya unggul dalam berkarya di bidang usaha dan wirausaha dengan capaiannya juga mengapresiasi sebagai sosok yang produktif dalam pemikiran yang telah menghasilkan karya sejumlah buku. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya