Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Teknologi Mampu Atasi Persoalan Sampah Plastik

Indriyani Astuti
01/5/2019 19:39
Teknologi Mampu Atasi Persoalan Sampah Plastik
Kepala BPPT Hammam Riza(MI/Siswantini Suryandari)

KEPALA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan pentingnya penerapan teknologi sebagai upaya mengatasi permasalahan limbah atau sampah plastik.

Hal itu ia sampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi atau Conference of Parties (COPs) Basel, Rotterdam dan Stockholm (BRS) di Jenewa, Swiss, pada Rabu (1/5).

BPPT, imbuhnya, telah melakukan upaya teknologi guna penanganan limbah plastik dalam skala yang massif.

Teknologi yang antara lain, "cleaning tools" di area pesisir wilayah Jakarta, guna mengurangi sampah plastik yang masuk ke laut. Selanjutnya pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan campuran untuk pembuatan aspal jalan, serta semen untuk keperluan bahan bangunan.

"Kami terapkan inovasi teknologi dengan konsep itu agar limbah atau sampah plastik itu termanfaatkan," papar Hammam dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, pada Rabu (1/5).

Baca juga : Indonesia Dorong Pengawasan Limbah B3 Antarnegara

Ia menuturkan BPPT tengah melakukan pengembangan teknologi untuk menghasilkan bahan baku plastik yang lebih mudah terurai.

Dipaparkan Hammam, Laboratorium Teknologi Material BPPT tengah mengkaji terap potensi pencampuran bahan plastik dengan (surfaktan) tepung dan katalis menjadi bahan plastik baru.

"Ini akan lebih fleksibel dan mudah terurai," ucapnya.

"Selain itu, BPPT juga melakukan pengembangan bahan baku plastik dari singkong atau jagung, melalui proses fermentasi, menghasilkan PLA-Poly Lactic Acid sebagai bahan plastik yang mudah terurai," paparnya.

Lebih lanjut Hammam mengungkap bahwa BPPT tengah menghadirkan teknologi pengolahan sampah menjadi Energi atau Waste to Energy berkapasitas 100 ton per hari, di Bantargebang, Bekasi.

Menurutnya limbah plastik yang diolah memiliki nilai kalor (panas) tinggi yang dapat menjadi baku dalam insinerator.

"Jadi limbah plastik ini fungsinya sebagai feedstock bagi insinerator di pengolah sampah berbasis thermal," terangnya.

Panas yang muncul dari pengolahan itu, terangnya, digunakan untuk menguapkan air menjadi uap. Steam digunakan untuk menghasilkan listrik. Dengan cara itu, 80% sampah plastik akan hancur.  

Ditambahkannya, cara lain ialah dengan pirolisis yang memanaskan limbah plastik pada suhu dan tekanan tertentu, menjadi bahan bakar minyak.

Ia berharap teknologi dapat menjadi solusi utama, dalam penanganan limbah atau sampah plastik.

Konferensi Tingkat Tinggi atau Conference of Parties (COPs) Basel, Rotterdam dan Stockholm (BRS) dengan tema Clean Planet, Healthy People: Sound Management of Chemicals and Waste ini berlangsung di Jenewa, Swiss, 29 April hingga 10 Mei 2019.

Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdiri dari perwakilan Kementerian Luar Negeri, KLHK, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, BPPT, LIPI dan PTRI Jenewa.

Dalam pertemuan yang diadakan setiap dua tahun sekali ini, seluruh Negara Pihak akan meninjau dan memutuskan daftar bahan kimia yang akan diatur, mengkaji dan mengadopsi program kerja dan anggaran kerja serta memutuskan pengaturan limbah yang termasuk limbah B3 dan limbah non B3 serta dalam perpindahan lintas batas limbahnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya