Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Aku bukan Teroris

Gas/M-4
12/4/2019 23:15
Aku bukan Teroris
Edi Setiono atau yang akrab disapa Abas.(MI/SUMARYANTO BRONTO)

SETIAP orang tentu pernah melakukan kesalahan di masa lalu. Begitu pula dengan Edi Setiono atau yang akrab disapa Abas. Ia disebut sebagai mantan teroris yang pernah terlibat dalam aksi pengeboman Plaza Atrium, Senen, Jakarta, pada 23 September 2001. Tak selang berapa lama kemudian, Abas lantas ditangkap pihak kepolisian atas peristiwa tersebut.

Abas kemudian disidang pada 16 Janua­ri 2002, dan atas perbuatannya itu ia divonis hukuman mati. Meski demikian, melalui upaya banding ke pengadilan tinggi, Abas lantas mendapat keringanan, yaitu hukuman seumur hidup. Sama halnya dengan John Kei, kini Abas juga menghuni LP Kelas II A Permisan, Nusakambangan.

Selama menjalani masa hidup di LP tersebut, kehidupan Abas menjadi semakin baik, bahkan telah mendapat begitu banyak pencerahan. Kini ia juga menjadi guru baca tulis Alquran untuk narapidana lainnya, sekaligus mengajari mereka cara membuat barang kerajinan berupa anyaman.

Ada begitu banyak hal yang Abas ceritakan ketika ditemui Pembawa Acara Kick Andy on Location, Andy F Noya, di LP Permisan. Salah satunya ialah pandangan orang-orang yang selama ini keliru atau yang menganggap dirinya teroris. Padahal, kata Abas, selama ini dia tidak pernah ingin memberontak pada NKRI.

“Saya adalah warga negara Indonesia. Saya mengakui Indonesia itu adalah negara yang bersatu karena kasus saya dulu sebenarnya berawal dari konflik di Ambon. Bukan untuk mengubah pemerintah ini. Saya punya akta kelahiran, KTP, paspor Indonesia, dan dari dulu saya tidak pernah mengatakan anti-NKRI. Makanya, saya tidak ada urusannya dengan narapidana lain di LP Pasir Putih atau Batu yang punya kasus seperti itu. Tapi memang kesalahan saya waktu itu adalah membawa masalah di Ambon ke Jakarta,” tuturnya.

Abas kini telah menjalani masa hukuman selama 18 tahun. Ia juga mengatakan bahwa dewasa ini ia sudah paham akan situasi dan kondisi yang pernah terjadi di Ambon di masa lalu. Abas mengaku bahwa selama ini ia banyak mengobrol dengan orang-orang yayasan yang melakukan bakti sosial di Nusakambangan. Dari mereka pula, Abas mengerti bahwa konflik di Ambon sebenarnya hanyalah rekayasa.

Abas juga mengatakan bahwa selama ini ia tidak pernah berkonflik dengan sesama narapidana yang berasal dari Ambon. Bahkan, ia juga mengaku sudah aktif untuk menjalani berbagai macam kegiatan positif di masjid sejak ditahan di Cipinang.

“Banyak teman-teman bertanya kepada saya. Saya nasihati mereka agar jangan sekali-kali mereka itu mengulangi kesalahan yang sama. Seperti kita berjalan dalam suatu jalan yang berlubang, lantas kita memasuki lubang itu lagi berarti kita orang yang bodoh. Hal ini saya sampaikan ketika berjalan-jalan di LP, bukan dalam sebuah forum, karena dalam forum kita biasanya belajar Iqra. Memang dalam tahanan ada 19 orang yang menghuni. Mereka berasal dari berbagai kasus, misalnya narkoba dan pembunuhan. Nah, saya ini sering dianggap sebagai ustaz padahal bukan. Tapi berhubung saya mengerti sedikit-sedikit, makanya saya coba berbagi saja,” imbuh Abas sambil tertawa.

Selain itu, Abas juga mengatakan bahwa selama ini ia merasa bangga dapat bertemu dengan orang-orang yang menjadi narapidana di dalam penjara. Menurutnya, para narapidana itu sebenarnya memiliki hati yang baik, tetapi karena mereka tumbuh dalam lingkungan yang kurang mendukung, jadilah mereka orang-orang yang melanggar undang-undang.

LP tidak selalu buruk

Abas bahkan bercerita kepada Andy bahwa tidak semua LP itu buruk. Memang selama ini ada orang-orang yang melakukan transaksi narkoba dan segala macam di dalam penjara, tetapi hal itu, kata Abas, hanya sebagian kecil dari oknum. Abas menganggap awak media massa selama ini kurang adil dalam memberitakan manfaat dari penjara.

“Padahal segi positif dari penjara itu lebih banyak daripada negatifnya. Maka dari itu, dengan kedatangan Pak Andy ini nantinya bisa berhasil sampai ke luar menjadi berita-berita bahwa LP itu tidak selalu seperti yang mereka bayangkan,” tutur Abas.

Abas tidak menampik bahwa selama ini banyak orang yang memberi citra negatif pada seorang mantan narapidana. Meski begitu, ia mengatakan bahwa menolak kehadiran para mantan narapidana di tengah-tengah masyakarat itu hanya memperpanjang rantai persoalan.

Salah satu hal yang sering tidak dipahami masyarakat dewasa ini, kata Abas, ialah kenyataan bahwa narapidana itu sesungguhnya ialah korban. “Kalau kita bicara yang lebih luas, jarang ada pembinaan yang menyentuh masyarakat kecil. Lalu, lapangan pekerjaan juga susah. Oleh karena itu, teman-teman di sini lalu terpaksa jual narkoba dan segala macam,” imbuhnya.

Apalagi menurutnya, sistem Lembaga Pemasyarakatan yang ada saat ini sudah jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Segala macam pembinaan yang ada di dalam Lembaga Pemasyarakatan dibuat untuk menyiapkan mantan narapidana agar memiliki keahlian atau kecakapan untuk menghadapi persaingan kerja ketika mereka bebas. (Gas/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya