Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AKSI sadis terhadap satwa yang dilindungi, yakni orang utan, kembali terjadi. Kali ini seekor orang utan ditemukan dalam keadaan terbius di Bandara Ngurah Rai, Bali.
Orang utan itu akan diselundupkan ke Rusia melalui Bandara Ngurah Rai dalam keadaan terbius.
Namun, sebelum orang utan diterbangkan ke Rusia, petugas berhasil menggagalkannya.
Penanggung jawab Karantina Wilayah Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Dewa Nyoman Delanata menjelaskan pihaknya bersama petugas Aviation Security bersama petugas karantina menyita orang utan itu dari seorang penumpang asal Rusia, Zhestkov Andrei, atau berinisial ZA yang akan terbang ke Rusia.
"Ya, benar. Tadi malam kami gagalkan upaya penyelundupan itu. Yang lebih tragis lagi, orang utan dibius selama dua sampai tiga jam. Diduga agar satwa ini dibuat dalam keadaan pingsan selama penerbangan. Sangat sedih lihatnya," ujarnya di Denpasar, Sabtu (23/3) pagi.
Pelaku mengaku bahwa satwa itu dibeli dari Jawa, dari penduduk lokal. Orang utan itu dibawa di kabin pesawat dan tidak menggunakan bagasi. Kalaupun dibius, saat ditaruh di kabin tetap saja dalam kondisi tertutup dan bisa mati karena kekurangan udara.
Awalnya, sekitar pukul 22.30 Wita, petugas Avsec memeriksa barang bawaan penumpang di keberangkat internasional. Saat diperiksa, petugas Avsec melihatnya mirip seekor kera dalam kondisi pingsan. Karena disangka kera, petugas takut membukanya sebab nanti terlepas dan mengganggu kenyamanan penumpang lain. "
Petugas akhirnya berkoordinasi dengan pihak karantina dan barang sitaan itu dibawa ke ruang pemeriksaan dan diperiksa oleh pihak karantina. Saat dibuka, petugas terkejut karena ternyata bukan kera yang ditemui, melain-kan seekor orang utan dalam keadaan pingsan.
"Orang utan yang sudah dibius itu ditaruh dalam sebuah keranjang. Saat dibuka dalam keranjang itu, ditemukan obat bius bersama jarum suntik. Obat ini akan disuntik terus setiap dua sampai tiga jam," ujarnya.
Saat dimintai keterangan, pelaku ZA mengaku dia membelinya dari Jawa dengan harga US$3.000. Sebelum membelinya, pelaku tidak mengetahui apakah punya dokumen resmi atau tidak.
"Pembawa anak orang utan ini mengatakan membeli anak orang utan ini seharga US$3.000. Anak orang utan berjenis kelamin jantan berumur sekitar 2 tahun dalam keadaan dibius dengan cara diberikan tablet bius yang dicekoki melalui spuit dengan kerja obat selama 2-3 jam.
Selain ditemukan obat bius, ternyata WNA ini juga menyelundupkan beberapa satwa lainnya dan tidak memiliki dokumen resmi. Satwa lain yang dimaksud ialah 1 ekor tokek dan 5 ekor kadal yang ditemukan di kopernya. (OL/I-1)
Pemulangan orangutan itu dijadikan salah satu tanda hubungan dan kerja sama yang baik antara Pemerintah RI dan Pemerintah Thailand dalam konservasi keanekaragaman hayati,
Anak orangutan berhasil diselamatkan dari dua warga Aceh dan akan direhabilitasi sebelum kemudian dilepasliarkan
Butuh komitmen dan upaya sinergis berbagai pihak untuk melindungi habitat orangutan agar tidak terjajah
BKSDA beserta sejumlah pihak terkait melepasliarkan seekor orang utan (Pongo pygmaeus) jantan yang sebelumnya diduga tersesat dan masuk kampung di Desa Lampeong I, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut.
Awalnya Bandung Zoo memiliki empat indukan dan sekarang sudah berkembang dan jumlahnya menjadi 13 ekor.
Lima satwa itu adalah empat landak jawa dan satu kukang.
Di Malaysia misalnya, monyet terlihat mengunyah tali dari masker lama yang dibuang di perbukitan.
Sebanyak 11 satwa itu di antaranya harimau, rusa, buaya, hingga burung cenderawasih. Bahkan, kepemilikan satwa oleh AM terbilang ilegal.
Taman Margasatwa Ragunan telah lebih dulu ditutup karena dampak Covid-19 yakni pada 16 maret 2020.
Penyidik langsung melakukan penyelidikan dengan menyamar menjadi pembeli melalui media sosial di grup WhatsApp serta Facebook.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved