Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PERWUJUDAN perdamaian dunia harus tetap menjadi perjuangan bersama seluruh umat berbagai agama dan bangsa cinta damai dan keadilan. Hal demikian didasarkan pada kenyataan bahwa peradaban dunia dewasa ini mengalami kerusakan serius yg bersifat akumulatif.
Demikian dikatakan Din Syamsuddin, President of Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) dalam Pembukaan Asia Regional Consultation on Caring Common Future, Advancing Positive Peace, di Yangon, Myanmar, Selasa (5/3). Konferensi itu dihadiri sekitar 150 tokoh lintas agama dari 22 negara di Asia Pasifik, dan berlangsung hingga Kamis (7/3).
"Agama-agama harus tampil sebagai penyelesai masalah (problem solver). Oleh karena itu, agama-agama harus menampilkan peran profetiknya, yakni peran untuk perubahan," kata Din Syamsuddin.
Menurut dia, problematika peradaban global berpangkal dari keterjebakan dalam liberalisme sekuler yang menuntut banyak hak, kurang pada tanggung jawab. Padahal, solusi terhadap problematika peradaban menuntut tanggung jawab bersama. "Tema perjuangan umat berbagai agama dewasa ini perlu diletakkan pada komitmen 'One Humanity, One Destiny, One Responsibility'", tandas Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu.
Baca juga: 5 Personel Brimob Masuk Satgas Perdamaian Dunia
Oleh karena itu, dikatakan dia, frasa kedua pada tema konperensi "Advancing Positive Peace" adalah tepat dan penting. Perwujudan perdamaian sekarang ini tidak cukup hanya berorientasi pada peniadaan konflik atau perang (negative peace) tapi perlu bertransformasi ke arah perciptaan "damai positif" (positive peace).
"Apa yang terakhir sejatinya adalah peniadaan berbagai bentuk "ketiadaan damai" (the absence of peace) seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakanga, ketakadikan, diskriminasi, berbagai bentuk kekerasan, dan kerusakan lingkungan hidup," pungkasnya.
Adapun konsultasi regional di Yangon membahas berbagai isu terkait yang disampaikan Din Syamsuddin dan bakal jadi bahan pikiran ACRP di The 10th World Assembly of Religions for Peace di Lindau, Jerman, 20-23 Agustus mendatang. (Micom/OL-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved