LIPI Kembangkan Senyawa Bioaktif Obat Kanker

Indriyani Astuti
04/2/2019 11:35
LIPI Kembangkan Senyawa Bioaktif Obat Kanker
(Wikipedia)

PUSAT Penelitian Oceanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan sumber senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai kandidat agen antikanker. Senyawa bioaktif tersebut berasal dari biota laut seperti spons laut, kelinci laut, tunikata, karang lunak, rumput laut, sampai moluska.

”Organisme laut tadi dapat menjadi sumber senyawa bioaktif yang dapat  digunakan sebagai kandidat agen antikanker,” jelas Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Ratih Pangestuti dalam acara temu media bertajuk "Pemanfaatan Teknologi dan Potensi Sumber Daya Hayati untuk Pencegahan Kanker" di Gedung Widya Sarwono, LIPI, Jakarta, Senin (4/2).

Ia lebih jauh mengatakan bahan aktif organisme laut sebagai agen antikanker juga dapat menjadi serta sumber pangan untuk mencegah penyakit kanker. Pangan tersebut, ujarnya, berfungsi untuk meningkatkan kondisi ketahanan tubuh dan mengurangi resiko terjangkitnya berbagai macam penyakit antara lain kanker.

Beragam obat antikanker, terang Ratuh, telah tersedia. Namun sekitar 80% dari obat antikanker yang tersedia di pasar adalah produk alami atau sintesis dari produk alami. Oleh karena itu, ucapnya, saat ini LIPI bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Spanyol, Pharma Mar untuk pengembangan bahan baku obat dari organisme laut.

 

Baca juga: Deteksi Kanker Paru Ditingkatkan

 

Selain mengembangkan obat antikanker, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah mengembangkan deteksi dini kanker payudara yang disebut Kit Deteksi Biomarker (penanda) Kanker Payudara Her-2. Peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Desriani mengatakan setidaknya terdapat

Jenis kanker payudara yang banyak dikenal, yakni triple negatif, estrogen atau progresteron positif dan HER2 positif. Pasien-pasien kanker payudara  dengan HER2 positif memerlukan terapi berbeda, salah satunya obat transtuzumab. Dengan adanya deteksi penanda Her-2 pada pasien kanker payudara, hal itu dapat memudahkan pasien mendapatkan terapi yang tepat.

”Deteksi ini untuk mendapatkan langkah selanjutnya dalam menentukan terapi yang tepat bagi pasien,” tegas Desriani.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi kanker meningkat dari 1,4% pada 2013 menjadi 1,8 % di 2018. 

Oleh karena itu, pada peringatan Hari Kanker Sedunia, ujar Desriani, menjadi momentum tepat bagi LIPI untuk menyebarluaskan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker dengan memadukan pemanfaatan teknologi dan potensi sumber daya hayati Indonesia sebagai solusi untuk pencegahan penyakit kanker. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya