Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Pemda Diminta Bentuk Pokja Penanggulangan DBD

Indriyani Astuti
03/2/2019 17:30
Pemda Diminta Bentuk Pokja Penanggulangan DBD
(MI/ROMMY PUJIANTO)

SEKRETARIS Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan masalah demam berdarah dengue (DBD) berawal dari masalah lingkungan. Oleh karena itu, dalam mengatasinya, perlu tindakan dari berbagai pihak termasuk masyarakat menjaga lingkungan, tidak hanya menunggu pemerintah pusat dan daerah.

Oscar menyampaikan DBD merupakan penyakit endemis di Indonesia. Karenanya, Kementerian Kesehatan telah memberikan peringatan dini terhadap pemerintah daerah melalui dinas kesehatan.

"Sudah disikapi oleh dinas kesehatan di daerah,” ucap Oscar di Jakarta, Sabtu (2/2).

Kementerian Kesehatan, imbuhnya, telah memperkirakan terjadi lonjakan-lonjakan kasus DBD saat musim hujan.

Pada November 2018, Kemenkes telah mengirimkan surat edaran kewaspadaan peningkatan kasus DBD kepada semua gubernur di seluruh provinsi.

Menindaklanjuti itu, pemerintah daerah, ujarnya, telah membentuk kelompok kerja operasional (Pokjanal) dalam mengatasi masalah DBD di daerahnya masing-masing. Selain itu disiagakan juga rumah sakit untuk merawat pasien DBD.

Baca juga: DBD Merebak, Menkes Minta Jumantik Diperkuat

“Dalam kondisi seperti ini, semua pihak harus peduli, tidak hanya berharap pada pelayanan kesehatan, tidak hanya berharap pada petugas kesehatan, tapi juga aktivitas Pokja nasional DBD di daerah ini harus dikerahkan karena persoalannya lingkungan, tanpa sadar kita membiarkan nyamuk bersarang di lingkungan kita karena tingkat kepedulian rendah,” kata Oscar.

Kemenkes, imbuhnya, telah mengirimkan logistik seperti insektisida, larvasida ke daerah-daerah. Selain itu, pemerintah daerah telah melakukan upaya pencegahan DBD seperti penyelidikan epidemiologi dan penyuluhan, semuanya dilakukan secara komprehensif.

Secara terpisah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmiz mengatakan setiap tempat berpotensi menjadi sarang nyamuk bila terdapat genangan air.

“Ada banyak sarang nyamuk yang harus dikenali terutama di rumah kita. Masyarakat harus mengetahuinya agar tidak salah sasaran dalam memberantas sarang nyamuk,” katanya di Jakarta, Minggu (3/2).

Tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk di rumah, imbuhnya, antara lain bak kamar mandi dan toilet, tempat penampungan air, air jebakan semut (kaki meja), air pembuangan kulkas, tempat minum burung (yang jarang diganti), pot bunga, dispenser air minum (wadah limpahan airnya), barang bekas di sekitar rumah (ban, kaleng, batok kelapa, botol, gelas air mineral, potongan bambu, dan semua tempat yg bisa nenampung air).

Nadia menambahkan tempat-tempat tersebut sangat berpotensi menjadi sarang nyamuk. Masyarakat diimbau tidak membiarkan  ada genangan air  di tempat-tempat itu.

“Kalau bak mandi harus lebih sering dikuras agar tidak ada jentik nyamuk. Ada jentik berarti kita terancam demam berdarah,” ucapnya.

Satu jentik betina, kata Nadia, dalam 12 hingga 14 hari akan berubah jadi nyamuk dewasa. Nyamuk betina dewasa dalam sekali bertelur bisa menghasilkan 100-150 butir telur dan dalam sebulan nyamuk bisa menghasilkan 400 sampai 600 telur.

Selain itu, masyarakat ucapnya, perlu mengetahui juga waktu nyamuk Aedes Agypti dan Aedes Albopictus aktif, yakni pagi pukul 09.00–10.00 dan sore pukul 15.00–16.00.

Karena itu, Kementerian Kesehatan, tegasnya, mengimbau kepada masyarakat agar sering melakukan kegiatan kerja bakti pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan perkampungan atau pedesaan. Pakai selalu lotion anti nyamuk terutama anak-anak saat pagi sebelum berangkat sekolah, saat bermain, dan sore hari. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya