Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Hati-Hati Berobat ke Dukun Patah Tulang

Micom
24/1/2019 15:15
Hati-Hati Berobat ke Dukun Patah Tulang
Penderita patah tulang(MI/Grandyos Z)

BEROBAT ke dukun patah tulang masih menjadi pilihan sebagian masyarakat saat mengalami masalah tulang dan sendi. Hal itu memang menjadi hak masyarakat, namun dokter spesialis ortopedi mengingatkan bahwa penanganan yang salah pada masalah tulang dan sendi bisa berakibat fatal.

“Ke dukun tulang memang bisa saja sembuh, tapi apakah sembuh dalam posisi yang bagus? Itu pertanyaannya," ujar Ketua Klinik Komprehensif Ortopedi Khusus Sports, Shoulder, & Spine, Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ), Jakarta, dr Henry Suhendra SpOT, pada diskusi kesehatan di rumah sakit tersebut, Senin (21/1).

Ia menjelaskan, tulang merupakan organ yang bisa menyembuhkan diri sendiri dengan regenerasi. Jadi, ketika tulang patah atau mengalami trauma, apabila didiamkan, tulang bisa saja sembuh dan menyambung kembali. "Nah, peran dokter ortopedi ialah memposisikan patahan tulang dalam posisi yang tepat sehingga penyembuhan bisa berjalan dengan maksimal dengan tulang berada pada posisi yang benar," katanya.

Ia memberi contoh, pada kasus patah tulang di bagian kaki, beberapa dukun tulang membiarkan posisi tulang yang patah tidak pada tempat seharusnya. Misalnya, tinggi sebelah atau melengkung. Sehingga, ketika tulang menyambung kembali dan pasien sembuh, dia tidak dapat berjalan  normal alias pincang.

Henry pun menekankan perlunya edukasi kepada masyarakat terkait berobat ke rumah sakit. Menurutnya, masyarakat memilih berobat ke dukun tulang karena takut menjalani prosedur operasi dengan pembedahan yang berdarah-darah. Padahal, tidak semua masalah tulang dan sendi membutuhkan operasi. Kalaupun harus menjalani operasi, saat ini ada teknik operasi sayatan kecil atau prosedur minimally invasive.

“Dengan menggunakan teknik minimal invasif, luka bekas operasi relatif kecil yaitu 0,5 cm dengan perdarahan yang minimal yaitu kurang dari 50 cc. Waktu yang diperlukan untuk prosedur bedah yang terhitung kompleks cukup singkat, yaitu sekitar 45-90 menit, serta pada kasus tertentu pasien dapat pulang ke rumah dalam waktu beberapa jam setelah operasi,” ujar dokter ortopedi lainnya dari SHKJ, dr Erick Wonggokusuma.

Glukosamin tidak efektif
Pada kesempatan sama, dr Henry Suhendra SpOT membahas iklan suplemen untuk sendi yang marak di televisi. Menurut dia, umumnya, kandungan suplemen tersebut ialah glukosamin. Padahal, penelitian di Amerika pada 2013 menunjukkan, dari 1.500 pasien penderita sakit otot dan tulang, penggunaan glukosamin tidak berefek pada pengobatan. Hanya sebagian kecil pasien bisa merasakan nyerinya hilang tapi kemudian sakitnya terus berulang. "Bahkan, glukosamin jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatan ginjal," katanya.

Dia menambahkan, setelah melewati usia 45  tahun, tulang dan sendi memang berisiko mengalami gangguan yang akan membatasi aktivitas. Namun dengan penanganan yang tepat, gangguan itu bisa diatasi.

Pada acara itu SHKJ sekaligus meluncurkan Sports, Shoulder & Spine Clinic. Klinik itu fokus menangani berbagai masalah pada otot dan tulang yang berhubungan dengan cedera olahraga, kaki, pergelangan kaki, bahu, dan tulang belakang. Seperti, cedera ligamen, cedera bantalan sendi lutut, dislokasi sendi, maupun patah tulang melalui pemberian obat, fisioterapi, radiofrekuensi, hingga tindakan operasi yang kompleks. (*/H-2/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anwar Surachman
Berita Lainnya