Penilik Thamrin School Ari Mochamad menyatakan sejak 1982 hingga 2005, Produk Domestik Bruto secara global mengalami peningkatan hingga 100%. Meskipun demikian, perkembangan yang pesat tersebut tidak dijalankan dengan keletarian alam dan keanekragaman hayati yang berkelanjutan.
Itulah sebabnya, menurut Ari, degradasi lingkungan disebabkan oleh banyak faktor mulai dari ekonomi hingga pembangunan.
"Oleh karena itu, penyelesaiaan masalah lingkungan juga harus dilakukan oleh seluruh sektor," terang Ari dalam Diskusi Publik bertajuk Perubahan Iklim dan Keberlanjutan Indonesia: Outlook 2016, di Jakarta, hari ini.
Dengan demikian, lanjut Ari, Kesepakatan Paris hasil Konvensi Perubahan Iklim 2015 hendaknya sesegera mungkin diterjemahkan kepada seluruh Kementerian Lembaga. Hal tersebut juga bertujuan untuk membentuk kerjasama yang selama ini terkesan sektoral.
Sebagai contoh, tiap-tiap Kementerian terkait, baik Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Keungan, serta Badan Perencanaan Pembangunan Nasional masing-masing memiliki konsultan dalam aksi mitigasi dan adaptasi. Yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), serta Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Jangan hanya bilang kalau kita rentan, tapi 'how to'-nya juga harus dirumuskan kepada seluruh Kementerian," Ujar Ari.
Menurut Ari, Pemerintah dapat mulai dari membangun Peta Jalan Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim hingga tahun 2030. Peta Jalan terebut juga seharusnya dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat, korporasi, hingga NGO.(Q-1)