Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Latih Mental dan Spiritual Anak dengan Bela Diri Silat

Fetry Wuryasti
20/12/2015 00:00
Latih Mental dan Spiritual Anak dengan Bela Diri Silat
(MI/Fetry Wuryasti)
SEBANYAK 40 anak membentuk posisi kaki bersiap dengan jurus harimau. Mereka terdiri dari pelajar yang berusia mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

Tak jarang di antara jurusnya mereka harus menghentakkan kaki ke kiri dan ke kanan, menggunakan tangannya seolah seperti harimau yang sedang menghalau musuh. Jurus harimau ini salah satu dari sekian jurus yang diajarkan pada seni olahraga bela diri silat Perisai Diri.

Pada beberapa simulasi pertandingan antar sesama teman, terlihat anak-anak yang meragu menyerang, hingga yang gerakan menghindarnya masih dilihat salah oleh pelatih. Namun mereka tidak menyerah untuk tetap berlatih. Olah raga ketangkasan seperti ini memang harus ditanamkan sejak kecil, agar anak-anak ikut pertahankan budaya bangsa.

Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Silat Nasional (Kelatnas) Indonesia Perisai Diri, Dwi Soetjipto mengatakan dengan silat Perisai Diri akan menempa mental dan spiritual anggotanya. Teknik penyerangannya yang saling hindar balas, dan momen hening sebelum mulai bertanding dan latihan ditekan dalam salah satu cabang dari ilmu pencak silat Indonesia ini.

"Apa yang saya lihat dari silat akan menempa mental dan spiritual kita sehingga tidak gampang takut. Spiritual kita akan selalu ingat Tuhan karena tiap latihan selalu dibuka dengan hening bahwa ada Tuhan yang mengatur hidup," ujarnya usai melatih anak-anak di Yogyakarta, Sabtu (19/12).

Kemudian, dengan rajin berlatih Perisai Diri, kata dia rasa waspada dan sadar lingkungan akan semakin terasah dalam diri. Sense of awareness terhadap lingkungan, juga bermanfaat pada kehidupan sehari-hari. Dwi sendiri mengaplikasikannya dalam pekerjaan.

"Latihan silat yang berulangulang membuat kita memiliki kemampuan reflek dan waspada tinggi terhadap sesuatu yang terjadi di sekitar. Begitu pula di dalam manajemen. Seorang yang menjadi manajemen leader harus peka dengan situasi lingkungan, tidak boleh terlambat bertindak. Mana kala terlambat menyiapkan diri akan membuat perusahaan dalam masalah," ujar direktur Pertamina ini.

Dwi memilih mendalami pencak silat karena baginya ilmu bela diri ini milik bangsa Indonesia dan harus ada kepedulian mempertahankan kebudayaan bangsa.

"Begitu banyak banyak bela diri luar negeri masuk Indonesia. Pencak silat kini justru banyak dipelajari negara-negara lain. Maka agar tidak punah, harus ada yang punya kepedulian mempertahankan budaya bangsa,"

Dwi mulai mempelajari silat Perisai Diri saat SMP di Surabaya dan ikut banyak kejuaraan. Prestasi didulangnya antara lain menjadi juara nasional salah satu kelas tanding di Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada tahun 1978 sampai 1980, juga juara antar perguruan tinggi, kota, dan cabang ranting. Tahun 1981, mulai memasuki kehidupan kerja, Dwi memutuskan berhenti beralih menjadi pelatih.

"Dengan banyak mengikuti kejuaraan, saya bisa merasakan sebuah gerakan harus efektif dalam menyerang dan menghindar agar bisa mengalahkan lawan dalam pertandingan," ujar pria berusia 60 tahun ini.

Silat Perisai diri kini dia jadikan sebagai alat pengabdian sosial bagi lingkungan di berbagai daerah dimana sedang ditugaskerjakan. Selain mengabdi, olahraga ketangkasan ini dia lakukan tiap hari, melatih ketahan fisik hadapi jadwal kerja yang padat.

Pelatih perguruan silat Perisai Diri Ranting Sleman, Purwoko, 47 tahun, mengatakan mental anak akan dibentuk melalui bela diri ini. Kegiatan tidak hanya berupa berlatih, namun juga mengisi pemahaman akan nilai kekeluargaan dalam tim, kepercayaan diri, pandai menjaga diri, dan menjadi anak yang punya prinsip.

"Selain untuk kesehatan, olahraga, dan kepribadian, anak-anak dapat menekuninya untuk meraih beasiswa atlet di sekolah dan perguruan tinggi,"

Diceritakan dia Perisai Diri berasal dari Yogyakarta oleh Paku Alam. Kemudian Paku Alam mengembara mengembangkan Perisai Diri hingga meninggal di Kota Surabaya.

"Itu sebabnya orang tahunya Perisai Diri dari Surabaya. Padahal didirikan di Yogya. oleh keraton Paku Alam," ujar pria yang sudah mencapai tingkatan pendekar ini.

Diutarakan Purwoko, ada prinsip Perisai Diri dalam berlatih yang ditanamkan kepada para anggotanya, yakni Asah-Asih-Asuh. Tiga pedoman ini yang akan melatih seseorang menjadi bijaksana dalam kehidupan.

"Asah, yakni mengasah kemampuan terus giat belajar berlatih dan tidak menyerah. Asih, nilai saling mengasihi antar sesama manusia. Asuh, nilai mengayomi, menjaga, mengasuh dari yang tua ke adik-adik atau orang yang lebih muda dari mereka,"

Teknik dalam Perisai Diri yang berasal dari sinkronisasi alam dan binatang berupa gerakan reflek, tenaga, dan kejutan dengan pedoman dua gerakan satu detik, tidak bertujuan untuk kelahi, melainkan sebagai penjagaan diri. Sehingga dalam berbuat, seseorang akan mempertimbangkan baik buruknya. Pendalaman kerohanian juga masuk di dalam sesi latihan agar menguatkan iman untuk bekal kebaikan dalam hidup," ujar Purwoko. (Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya