Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Kolaborasi di Tepi Danau Sunter

Iis Zatnika
31/12/2018 18:01
Kolaborasi di Tepi Danau Sunter
(MI/Iis Zatnika )

SEMANGAT buat berdaya yang ditularkan antar warga itu terlihat dari kantong plastik berisi kemasan kopi saset kosong, yang setiap pagi digantungkan para pemilik warung kopi di lingkungan RW 01, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, di pagar rumah Mufricatun yang akrab disapa Ibu Haji Aming.

Di awal hari pula, ikhtiar gotong royong untuk menjadikan lingkungannya sebagai kampung hijau, yang telah menjadi bagian dari keseharian warga, berwujud ritual para ibu memasukkan sisa nasi, potongan sayur, kulit buah hingga sisik ikan atau tulang ayam ke drum-drum bertuliskan komposter di gang yang terletak persis disebelah rumah Sutarno. Diatas drum-drum itu, matahari terhalang rimbun aneka dedaunan sayur yang ditanam dalam plastik bekas minyak goreng yang disusun rapi.

Ibu Haji Aming dan Sutarno, sama-sama bergelut dengan limbah,  aktivitas keduanya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga. kegiatan mereka menghidupkan kampung nan padat yang didominasi gang-gang kecil yang hanya bisa dilalui sepeda motor itu.

Gotong royong hijau
Berbekal obrolan dengan belasan pedagang kopi tentang manfaat kemasan saset buat didaur ulang menjadi tas, taplak hingga tempat pensil, kolaborasi itu berwujud kiriman bahan baku yang kemudian diolah sepuluh ibu yang juga kader Rumah Produksi Produk Unggulan Hasil Limbah Cindra Kana yang dipimpin Ibu Haji Aming.

"Kadang banyak yang kasih, tapi juga sedikit sih. Mereka nggak diberi apa pun, pernah sih kami beri tempat pensil buat anaknya. Mungkin mau mengatur cara menggunting, mengumpulkan dan memberikan ke sini lebih karena ikut senang, benda yang biasanya cuma jadi sampah bisa diubah menjadi barang berguna," ujar Ibu Haji Aming yang bersama para ibu menjual produknya mulai puluhan ribu hingga Rp 250 ribu untuk sebuah taplak panjang, kepada Media Indonesia, Jumat (28/12).

Pun Sutarno, 56, mantan guru yang memulai langkah sejak satu dekade lalu dengan mendirikan Utama Composter. Langkah ekonomi sirkular, memanfaatkan setiap produk hingga tak ada lagi limbah, dilakukannya dengan fokus pada produksi pupuk cair, media tanam dari limbah organik, drum komposter untuk limbah organik hingga melalukan edukasi di sekolah, lembaga pemerintah, swasta, LSM hingga ke perkampungan. Upaya Sutarno menginisiasi gang-gang menjadi kebun sayur produktif kemudian menjadi gerakan berjamaah warga. Belasan drum komposter itu pun produktif menghasilkan pupuk cair sekaligus ramuan perangsang tumbuhnya bakteri pengolah limbah dalam drum komposter hingga media tanam.

Baca juga: Pergub Larangan Sampah Plastik Fokus pada Pengelola dan Pelaku Usaha

Masih terkait sampah, di lokasi Bank Sampah Cindra Kana, Sumilah bersama dua cucunya menyetor sekarung botol dan gelas plastik yang kemudian beroleh tambahan saldo Rp3 ribu pada buku tabungan. Sang kader, Rohaeni selanjutnya menata karung-karung setoran warga. "Kami punya 100 nasabah, dan plastik serta kardus itu nantinya diambil rutin sama Astra yang membina kami. Kami bayar ke warga Rp3 ribu untuk sampah polastik dan kardus Rp6 ribu, dibeli lebih mahal sebagai ongkos pengelolaan oleh Astra, yang nantinya diguinakan untuk kas Bank Sampah ini," ujar Rohaeni.  

Bukan cuma sosok Ibu Haji Aming, Sutarno dan Rohaeni yang membuat RW 01 istimewa, menyusuri gang demi gang di sini, nyaris tak ada tembok yang tak meriah di sini, bahkan hingga aspalnya. Semuanya warna-warni, bahkan ada permainan ular tangga dan arena gobak sodor yang sengaja dilukis buat dimainkan anak-anak. Pun, pot-pot yang ditanami pohon hias, tanaman obat keluarga hingga daun bawang, cabe rawit juga pare yang merambat yang ditempatkan warga di muka rumahnya, yang rata-rata tak punya tanah terbuka.

Warga yang jadi pelaku
Dihuni warga yang bercampur baur, mulai karyawan, pedagang kecil yang menjajakan nasi goreng hingga jajanan anak-anak, warga RW 01 yang semula langganan banjir dari limpasan Danau Sunter yang terletak didekatnya menolak terus menjadi korban. Perjalanan merintis kampung dengan 24 RT itu dimulai pada 2010. "Saat itu saya masih menjadi Ketua RT 13 dan kami mengikuti kompetisi penghijauan, diterapkanlah kewajiban warga minimal harus punya lima pot di depan rumahnya. Ternyata, itu mengubah wajah RT kami menjadi tidak gersang dan akhirnya jadi juara, hadiahnya kami gunakan untuk berbagai program warga dan mereka jadi bersemangat untuk memperbaiki wajah kampungnya," ujar Sutarnoto, yang setelah kesuksesannya di tingkat RT didapuk memimpin RW 01.

Dampak yang terasa langsung oleh masyarakat, hijau dan asri di sepanjang gang, kemudian beroleh dukungan kolaborasi pemerintah, swasta  dan tentunya warganya yang jadi pelaku sehari-hari.

Program Kampung Hijau pun dirintis mulai 2013 oleh PT Astra International di sana dan berwujud pada Surat keputusan dari Kelurahan Sunter Jaya, dilengkapi struktur organisasi hingga kelompok kerja. "Kami mendapat pendampingan, dan bantuan sarana prasarana," kata Sutartono.

Maka, berbagai aktivitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pun dilakukan di sana, agar hijau tak sekedar label program, namun menjadi bagian dari denyut kehidupan warga.

Menolak dihampiri banjir limpasan air Danau Sunter, yang rutin mampir setinggi satu meter dan baru surut dalam tujuh hari, dibuat 250 lubang resapan biopori, pompa air pengendali banjir, sistem peringatan dini, hingga posko banjir.

Semangat berdaya
Maka, bukan cuma asri, seru penuh warna, rimbun dengan tanaman sayur yang dihidupi dari limbah organik warga komposter, kini Suprapti, ibu dua anak balita yang suaminya pengemudi taksi daring, pun mengaku kian tenang karena kampungnya kini bebas banjir.

Namun, bukan cuma perubahan fisik, gang-gang di RW 01 yang pun bertumbuh dari aspek relasi sosial. "Karena di sini banyak kegiatan positif, warga juga merasakan manfaat dan benar-benar terlibat, dampak yang kami rasakan terus meluas, termasuk yang berpotensi negatif seperti yang nongkrong-nongkrong nggak jelas, di sini nggak ada. Malah pemuda di sini, dengan segala daya upayanya, jadi penganggung jawab ritual rutin santunan buat anak yatim. Jumlah pemuda yang aktif di kami itu mencapai 60 orang," kata Sutartono yang menjadikan rapat koordinasi dengan Ketua RT sebagai media komunikasi, yang diteruskan dengan koordinasi lewat arisan  hingga majelis taklim hingga ke tingkat warga.

Baca juga: Denfest 2018, Warga Diajak Diet Kantong Plastik

Semangat buat berdaya, pun diregenarasi pemangku kepentingan lainnya, termasuk oleh SDN Sunter Jaya 01. Ramdani Pratama dan Panji Perdana, keduanya kelas 4, bersama belasan kawannya yang menjadi Juru pemantau jentik (Jumatik) Cilik setiap Jumat memantau genangan dan lokasi-lokasi yang berpotensi dijadikan sarang nyamuk di sekolahnya. Mereka berbagi tugas dengan para ibu Jumantik yang bertugas dari gang ke gang.

"Jadi cirinya, jentik itu biasanya gerak-gerak, kelihatan kalau kita senter, kita lihatnya di got, genangan pot dan kamar mandi, Kalau ketemu kami catat dan laporkan ke guru," kata Ramdani yang dijumpai dengan senter mungil merahnya.

Ramah pejalan kaki
Rangkaian kegiatan yang dilakukan berfotong royong dari warga, pemerintah hingga swasta itu pada 2015 berwujud masuknya RW 01 dalam program Kampung Berseri Astra, diikuti penobatan RW 01 sebagai Kampung Proklim Nasional tipe perkotaan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Hari Lingkungan Hidup 2016.

Kini, Amiruddin, warga yang rumahnya dilabeli Rumah Sehat dan dijadikan percontohan bagaimana mengatur sirkulasi udara dan cahaya, serta 3.000 an warga Proklim Sunter Jaya, sebutan populer bagi kampung itu, tengah mematangkan wilayah mereka menjadi Kampung Wisata Ramah Pejalan Kaki.

Beberapa lawatan dari komunitas pesepeda telah menjadi pemacunya. Permainan ular tangga raksasa di jalan di muka rumah Amiruddin akan diperbanyak, pun dinding yang dicat warna warni namun bisa ditulis atau digambar pun mudah dihapus sebagai sarana anak-anak belajar dan bermain. Tujuannya, para pejalan kaki kian nyaman mengeksplorasi dan menyerap inspirasi dari setiap ikhtiar warga.

(OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya