Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Erupsi Gunung Anak Krakatau Tidak Picu Longsor Besar Lagi

Putri Anisa Yuliani
29/12/2018 13:20
Erupsi Gunung Anak Krakatau Tidak Picu Longsor Besar Lagi
(ANTARA)

BADAN Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan jika terjadi erupsi, maka erupsi Gunung Anak Krakatau selanjutnya tidak akan menimbulkan longsoran besar yang dapat menyebabkan tsunami seperti pada Sabtu (22/12) lalu.

Dari penjelasan dalam konferensi pers yang dilakukan Badan Geologi, Sabtu (28/12), terungkap fakta bahwa volume material pada gunung tersebut sudah berkurang drastis sejak erupsi sebelumnya. Saat ini volume material Gunung Anak Krakatau hanya 40 juta meter kubik dan ada yang mencapai 70 juta meter kubik di bagian tertentu.

"Dengan modal segitu tidak bisa longsoran besar lagi seperti kemarin. Volume besar itu jadi modal buat dia longsor lagi, tsunami lagi. Tapi, sekarang mungkin tidak bisa lagi," kata Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdonopurbo di Jakarta.

Namun demikian, bukan berarti longsoran besar itu tidak akan pernah terjadi lagi selamanya. Sebab, Badan Geologi menilai Gunung Anak Krakatau memiliki karakter aktif yang sangat impulsif. 

Karakter tersebut dideskripsikan dengan ciri erupsi yang meletup tapi kemudian lekas tenang kembali, tidak mengepulkan asap terlalu banyak. Aktivitas Gunung Anak Krakatau pun terpantau semakin menurun hingga saat ini.

 

Baca juga: Erupsi Besar Akibatkan Tinggi Gunung Anak Krakatau Berkurang

 

Selain itu, Gunung Anak Krakatau akan terus aktif mengeluarkan lahar dari dapur magmanya dan tidak diketahui kapan akan berhenti. Dengan demikian, masih ada kemungkinan gunung di tengah Selat Sunda itu akan terus tumbuh tinggi kembali serta bisa memiliki material yang cukup untuk menimbulkan longsoran besar lagi.

Mengenai letupan-letupan yang terjadi dari gunung, masyarakat diimbau untuk tidak khawatir. Letupan itu berasal dari lahar yang mengalir dan bertemu dengan air laut. Lahar panas yang langsung bertemu dengan air laut itulah yang menyebabkan adanya letupan-letupan serta kepulan asap kelabu. Tipe letusan ini disebut letusan surtseyan.

"Karena sifat letupannya di permukaan di batas antara air dan udara. Sehingga, potensinya kecil memicu tsunami," ujar Antonius.

Tsunami juga tidak akan terjadi dengan catatan tidak ada sesar yang aktif yang dapat memicu aktivitas Gunung Anak Krakatau semakin meningkat.

Antonius menjelaskan terdapat struktur sesar yang kompleks di sekitar Selat Sunda. Sesar itu memanjang dari Pulau Sumatra turun sampai di Lampung.

"Lalu sesar berelok ke kanan jadi ke arah selatan. Itu mesti yang dipantau. Kami terus menyiagakan petugas piket untuk memantau. Walaupun fasenya penurunan seperti ini ya tapi kan namanya gunung itu, kita melakukan analisis sejauh yang kita bisa. Tapi, masih ada sisa-sisa (erupsi) yang kadang-kadang itu harus kita pikir lebih jauh lagi," tegasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya