Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

DKI Jakarta Wilayah Tertinggi Prevalensi Diabetes

Indriyani Astuti
09/12/2018 15:15
DKI Jakarta Wilayah Tertinggi Prevalensi Diabetes
(Dok.MI)

PROVINSI DKI Jakarta menjadi salah satu wilayah dengan prevalensi diabetes tertinggi di Indonesia. 

Prevalensi diabetes di Jakarta berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 meningkat dari 2,5% menjadi 3,4% dari total 10,5 juta jiwa atau sekitar 250 ribu penduduk di DKI menderita diabetes. 

Prevalensi diabetes secara nasional 10,9%. DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi karena banyaknya jumlah penduduk dan sudah banyak tersedia sarana pemeriksaan gula darah.

Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Dicky L. Tahapary, SpPD hasil riskesdas 2018 relevan dengan pemetaan yang dilakukan pada 24 Agustus 2018 oleh Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), FK UI, pemerintah provinsi DKI Jakarta yang didukung oleh Novo Nordisk, perusahaan farmasi untuk pengobatan diabetes. 

Pemetaan dilakukan dengan mengumpulkan data Diabetes Surveillance dari Dinas Kesehatan DKI, didapatkan hasil pasien diabetes yang terdaftar di fasilitas kesehatan berjumlah 12.775 jiwa sehingga dapat disimpulkan meski angka penderita diabetes terus meningkat, masih banyak penderita diabetes yang tidak terdiagnosa karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang diabetes dan penganananya.

"Itu karena kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kadar gula darah secara rutin di fasilitas kesehatan masih rendah yakni hanya 53% yang mengetahui adanya skrining  diabetes bisa dilakukan di puskesmas," ujar dr. Dicky dalam acara temu media terkait hasil pemetaan program Cities Changing Diabetes di DKI Jakarta sebagai rangkaian Hari Kesehatan Nasional ke-54 di Monas, Jakarta, Minggu (9/12).

Ia menambahkan penyandang diabetes harus mengetahui kadar glikemik atau gula darahnya dan menjaga agar tetap normal. Namun, dari hasil pemetaan hanya 30% pasien diabetes yang mencapai target glikemik normal dan bersedia menerapkan gaya hidup sehat dan menjaga pola makan.

Gula darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes, terang dr. Dicky, menyebabkan risiko komplikasi. Komplikasi yang sering dialami pasien diabetes antara lain gagal ginjal sehingga harus cuci darah, penyakit kardiovaskuler seperti jantung, bahkan amputasi kaki.

"Komplikasi diabetes menyebabkan pembiayaan kesehatan menjadi tinggi," ucap Dicky.

Baca juga: Saatnya Jadi Pintar Bersama Cleo

Ia menjelaskan diabetes terjadi ketika insulin, hormon yang memproses gula menjadi energi, tidak dihasilkan atau tidak bekerja dengan baik. Hal itu menyebabkan gula menumpuk di dalam darah dan mengganggu kerja pembuluh darah.

"Komplikasi diabetes bisa ke pembuluh darah kecil dan pembuluh darah besar," terang dr. Dicky.

Pada pembuluh darah kecil komplikasi yang umum pada pasien diabetes yakni gangguan saraf mata, gangguan pembuluh darah di ginjal bahkan sampai cuci darah, dan pada saraf  jadi pasiem tidak merasakan kebas pada kakinya. Implikasinya, ketika ada luka di kaki, pasien tidak tau bahkan sampai ada yang diamputasi. 

Sementara komplikasi pada pembuluh darah besar menyebabkan stroke, serangan jantung, bahkan infeksi seperti penyakit tuberkolosis.

Deteksi Dini
Untuk mencegah agar pasien diabetes tidak sampai mengalami komplikasi, dr. Dicky menekankan bahwa deteksi dini dan tata laksana pengelolaan pasien diabetes di fasilitas pelayanan kesehatan harus baik.

Ia mengungkapkan hasil pemetaan juga menunjukan bahwa meski 70% dari 12.775 pasien diabetes yang terdaftar teratur berobat, akan tetapi hanya 9% yang mengikuti program pengelolaan penyakit kronis (prolanis). 

Selain itu, ketersediaan obat di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas untuk diabetes masih terbatas beberapa jenis saja sehingga belum optimal mengendalikan gula darah pasien.

Menanggapi itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan  Khafifah Any  mengakui bahwa penanganan diabetes belum seperti Tuberkolosis (TB). Pada TB, DKI Jakarta sudah mempunyai petugas pengawas minum obat sehingga pasien rutin minum obat.

"Nanti akan didorong seperti TBC agar pencatatan pasien diabetes lebih baik," ujarnya yang turut hadir dalam temu media.

Menurut Any, selain teratur berobat bagi pasien diabetes yang terpenting ialah mengubah pola hidup agar lebih sehat dan memperbaiki pola makan supaya gula darah terkontrol.

Ia mengatakan hasil dari pemetaan yang dilakukan dapat dijadikan acuan program intervensi pengendalian diabetes di DKI Jakarta.

Sementara itu, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Wiendra Waworuntu menekankan pentingnya pola hidup sehat dengan rutin berolahraga minimal 30 menit sehari, makan sayur dan buah serta cek kesehatan secara berkala untuk mencegah penyakit tidak menular. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya