Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
IBU hamil yang menderita human immunodeficiency virus (HIV)/AIDS berpotensi menularkan penyakitnya kepada bayi saat dilahirkan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui status HIV/AIDS pada ibu hamil guna mencegah penularan tersebut.
Untuk melakukan pencegahan, pemerintah sudah mencanangkan program skrining HIV/AIDS pada ibu hamil di rumah sakit (RS) milik pemerintah. Sayangnya, hingga saat ini cakupan skrining tersebut masih rendah.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2018 tes HIV pada ibu hamil hanya sekitar 13,38% (761.373) dari total jumlah ibu hamil di Indonesia sebanyak 5.291.143 orang. Dari jumlah yang menjalani tes tersebut, yang diketahui positif HIV tercatat 2.955 orang. Sementara itu, yang mendapatkan terapi obat ARV (antiretroviral) dalam upaya menekan jumlah virus (VL), lebih sedikit lagi, yakni hanya 893 ibu hamil.
Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina mengungkapkan, ada sejumlah kendala yang membuat belum semua ibu hamil melakukan skrining HIV. Kendati sudah 98% ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan oleh bidan dan di fasilitas kesehatan.
"Kendalanya, antara lain tidak semua ibu hamil bersedia melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Selain itu, ada ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di bidan desa dan tidak semua ibu hamil mau dibawa ke puskesmas yang punya fasilitas laboratorium untuk pemeriksaan darah," terang Eni dalam diskusi HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak yang digelar Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat di Jakarta, kemarin.
Ia lebih lanjut mengatakan, terdapat sejumlah tantangan lain yang dihadapi dalam upaya menurunkan prevalensi orang dengan HIV di Indonesia, yakni minimnya pengetahuan masyarakat mengenai HIV, stigma yang berkembang, dan diskriminasi. Menurut Eni, stigma negatif bukan hanya muncul dari masyarakat, melainkan juga dari tenaga kesehatan.
Sebagian besar masyarakat, lanjutnya, belum tahu tentang penyebab dan cara penularan HIV/AIDS. "Bahkan, ada rumah sakit yang menolak membantu pasien HIV untuk melahirkan dan merujuknya ke rumah sakit provinsi," papar Eni.
Periksa pasangan
Sementara itu, Ketua Badan Pembina Yayasan Kemitraan Indonesia Sehat (YKIS) Nafsiah Mboi yang juga menkes era Kabinet Indonesia Bersatu II menerangkan, HIV hanya dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yakni dengan cara berhubungan seksual, transfusi darah, atau penularan dari ibu ke bayi melalui proses melahirkan dan menyusui.
"Tidak hanya HIV, sifilis dan hepatitis B juga ditularkan dengan cara yang sama. Penularan ketiganya bisa dicegah melalui skrining kesehatan dan pengobatan," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mendorong agar skrining HIV, hepatitis B, dan sifilis pada ibu hamil dilakukan secara terintegrasi di fasilitas pelayanan kesehatan. Ia juga mengingatkan pentingnya pemeriksaan pasangan seksual ibu hamil. Apabila diketahui positif HIV, sifilis, atau hepatitis B, mereka bisa segera mendapatkan terapi dengan tujuan menekan transmisi angka penularan. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved