Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
MENYAMBUT hari ulang tahun atau dies natalis ke-53, Universitas Trisakti (Usakti) menggelar pameran museum dan pendidikan. Acara yang berlangsung sejak 27 hingga 29 November 2018 itu salah satunya ialah untuk menyebarluaskan informasi tentang museum dalam ruang lingkup pendidikan.
Rektor Usakti Ali Ghufron Mukti mengatakan museum sebagai lembaga yang bertugas melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat harus menjadi pusat pendidikan berkelanjutan bagi setiap generasi.
"Trisakti sangat concern untuk terus menerus mengembangkan museum. Usakti sebagai lembaga pendidikan memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan berbagai informasi yang dimiliki kepada masyarakat," ujar Ghufron saat membuka Pameran Museum dan Pendidikan dalam rangka memperingati Dies Natalis Usakti ke-53 di Jakarta, Selasa (27/11).
Beberapa museum yang ikut meramaikan pameran, di antaranya Museum Nasional Indonesia, Museum Sumpah Pemuda, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Basoeki Abdullah, Museum Bank Mandiri, Bayt Alquran dan Museum Istiqlal TMII, Museum Seni DKI Jakarta, serta Museum Energi Baru dan Terbarukan.
Kegiatan tersebut diharapkan bisa menjadi ajang pertukaran informasi antarmuseum yang ada di Jakarta khususnya dan di Indonesia pada umumnya, sekaligus membudayakan museum sebagai wahana pembelajaran mahasiswa.
"Semoga dengan ini, kesadaran tentang museum dan pendidikan meningkat. Bagaimana masyarakat kita menghargai sejarah, menghargai koleksi, dan tahu apa yang dilakukan generasi sebelumnya untuk kemudian diperkuat oleh generasi ke depan," tandas Ghufron.
Hadir pada kesempatan tersebut, Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Yiyok T Herlambang. Ia menyatakan dukungan terhadap upaya Usakti di dalam menyosialisasikan museum kepada generasi muda. Terlebih, hal itu dilakukan di lingkungan kampus.
"Museum sebagai media pembelajaran tentu relevan sekali dengan universitas, di mana tempat naungan pendidikan. Kami mencoba mendukung dengan menampilkan beberapa museum yang ada di Jakarta," tuturnya.
Ia berharap, cara pandang masyarakat terutama kaum muda terhadap museum dapat berubah. Pasalnya, museum yang selama ini dianggap sebagai lembaga yang menampilkan kekunoan telah menampilkan wajah baru yang lebih kekinian.
Meskipun, menurut Yiyok, saat ini cara pandang masyarakat terhadap museum perlahan membaik. Terbukti, angka kunjungan di Museum Bank Indonesia rata-rata tiap tahun mencapai 240 ribu pengunjung atau sekitar seribu pengunjung perhari.
"Itu menandakan selain teman-teman (pelajar SD sampai mahasiswa) menjadikan museum sebagai tempat pembelajaran juga ada keinginan dari para dosen dan guru untuk menjadikan museum sebagai media pembelajaran," pungkas Yiyok yang juga merupakan pemimpin Museum Bank Indonesia. (A-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved