Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

UMN Cetak 288 SDM Unggul untuk Dunia Industri

Muhammad Zen
01/7/2018 03:20
UMN Cetak 288 SDM Unggul untuk Dunia Industri
(MICOM/Muhammad Zen)

MENGHADAPI era industri 4.0, dunia pendidikan terutama universitas-universitas di tanah air dituntut untuk terus meningkatkan metode pembelajaran agar sesuai dengan tuntutan dunia industri. Tidak hanya menyiapkan fasilitas perkuliahan yang standar industri, tetapi menerapkan kurikulum terkini melalui kerjasama dengan industri serta tenaga pengajar praktisi.

Menurut Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Ninok Leksono bahwa kurikulum UMN sudah dirancang untuk mempersiapkan lulusannya menjadi insan yang unggul, diantaranya dengan menerapkan metode pembelajaran yang berbasis kolaboratif, e-learning, perkuliahan sesuai standar industri, serta kegiatan akademik dan non-akademik.

‘’Kurikulum yang disusun UMN sudah dirancang untuk mempersiapkan lulusannya menjadi insan yang unggul. Mereka adalah insan yang memiliki kompetensi di atas rata-rata, menguasai bidang yang ditekuninya, terus mengobarkan semangat belajar, berjiwa kreatif-inovatif, berorientasi pada pemecahan masalah dan bisa bekerja dalam tim,’’ ujar Ninok saat memberikan sambutan dalam acara Wisuda XIII UMN di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Sabtu (30/6).

Metode pembelajaran tersebut yakni berbasis kolaboratif, e-learning, kurikulum terkini, fasilitas perkuliahan sesuai standar industri, kerjasama dengan industri, tenaga pengajar praktisi, kegiatan akademik dan non-akademik.

Hasilnya, sebanyak 288 mahasiswa diluluskan pada seremoni Wisuda XIII UMN tersebut, dimana  sebagian besar dari mereka sudah bekerja dan berwirausaha sebelum diwisuda.

Salah satu  lulusan terbaik UMN pada Wisuda XIII adalah Sunderi Pranata.

"Lulusan terbaik program studi (prodi) Teknik Komputer UMN ini berkesempatan mengikuti program student exchange di Tokyo Denki University (TDU) Jepang," jelas Ninok.

Sunderi, lanjut Ninok, juga membuat aplikasi mobile penerjemah tulisan asing yang terinspirasi dari pengalaman risetnya di Jepang.

Aplikasi tersebut berbuah manis lantaran menjuarai kompetisi mobile apps tingkat nasional (ANFORCOM-Annual Informatics Competition 2017).

"Saya bersyukur ada program student exchange di UMN, saya jadi bisa mendapatkan pengalaman riset lebih banyak. Saya juga berkolaborasi dengan mahasiswa Informatika UMN membuat aplikasi penerjemah tulisan melalui foto, bernama Phocabulary," jelas Sunderi.

"Dengan Phocabulary, masyarakat tidak perlu bingung apabila ada tulisan asing yang tidak dimengerti, tinggal foto saja,” lanjutnya yang akan memulai kariernya sebagai Software Engineer di Bukalapak.com.

Disisi lain, Sintya Oktaviani, wisudawati dari prodi Informatika UMN dinobatkan sebagai Cendekia Utama.

Pasalnya, Sintya terpilih tidak hanya berkat prestasinya di bidang akademis melainkan juga berkat kontribusinya secara aktif dalam organisasi mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), serta kompetisi berskala nasional dan internasional.

"Hal ini menunjukkan bahwa UMN turut fokus memperhatikan pengembangan soft skill mahasiswanya, yang meliputi kompetensi memecahkan masalah (problem solving), adaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), kreativitas dan inovasi (creativity and innovation)," pungkas Ninok.

Menurut Sintya, soft skill sangat dibutuhkan oleh semua mahasiswa saat menjalani perkuliahan.

"Memang hard skill sangat dibutuhkan untuk bersaing di dunia kerja sesungguhnya. Namun, perlu diingat bahwa soft skill adalah poin plus, karena apa artinya hard skill tanpa attitude yang baik. Untuk itu, saya sangat bersyukur karena UMN telah mendorong saya untuk mengasah soft skill dari awal perkuliahan," tutur Sintya.

Di tempat yang sama,  Menteri Tenaga Kerja M. Hanif Dhakiri mengatakan bahwa dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi harus melibatkan industri dalam membahas proses-proses  yang diperlukan terkait pembahasan kurikulum pendidikan agar bisa memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang diinginkan.

‘’Sekarang terus disinergikan antara dunia industri dan pendidikan tinggi agar bisa mendekatkan diantara mereka seperti apa kebutuhan di pasar kerja.  Kalau Balai latihan tenaga kerja (BLK) kementrian tenaga kerja sudah ada forum kerjasama dengan industri, sehingga mereka bisa menyiapkan kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang diinginkan,’’ ujar Hanif.

Data kementrian tenaga kerja 2017 menunjukkan bahwa 128 tenaga kerja di Indonesia, 60% merupakan lulusan SD-SMP. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya