Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
PRODUK komposit magnetis karbon aktif dapat dikembangkan untuk menyerap kandungan limbah merkuri. Karbon berbentuk bubuk itu memberikan terobosan baru dalam mengatasi persoalan limbah merkuri. Produk tersebut dapat dikembangkan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam grup riset Super C6. Mereka ialah M Rifqi Al-Ghifari (Program Studi Kimia 2014), Bagas Ikhsan Pratomo (Kimia 2014), Charlis Ongkho (Teknik Fisika 2015), dan M Ilham Romadon (Akuntansi 2015).
Ketua tim riset Super C6 Rifki Al Ghifari menjelaskan, penelitian limbah merkuri bermula dari keprihatinan terhadap banyaknya limbah merkuri di lokasi pertambangan. Kebanyakan tambang emas, terutama tambang rakyat, menggunakan merkuri dalam proses penambangan untuk memisahkan emas dari material lain.
Menurutnya, di tambang emas Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, misalnya, sebagian besar penambang menggunakan merkuri. Padahal, pengelolaan limbah merkuri dari kegiatan penambangan belum dilakukan dengan baik. "Limbah merkuri (selama ini) hanya ditampung di sejumlah kolam penampungan," kata Amin, sapaan akrab Rifqi Al Ghifari. Penampungan di kolam hanya berupa pengendapan, dilanjutkan dengan pembuangan ke lingkungan sekitar. Padahal, proses pengendapan tidak lantas mengurangi kadar merkuri dalam limbah.
Dari keprihatinan terhadap banyaknya limbah merkuri di pertambangan itulah, mereka berusaha mencari solusi untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat merkuri. Anak-anak muda itu lantas mencoba mengembangkan produk yang dapat mengatasi zat yang membahayakan lingkungan, termasuk limbah merkuri di kawasan tambang emas.
Proses penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel air limbah dari kawasan tambang emas Kalirejo. Dari uji coba dengan pengaplikasian material karbon magnetis ke dalam air limbah, hasilnya signifikan karena mampu mengikat merkuri dengan optimal. "Hasilnya menunjukkan produk ini mampu menyerap merkuri hingga 0,001 ppm per gram karbon aktif," ungkapnya.
Inovasi produk pengikat merkuri ini dikembangkan dengan menggunakan material murah dan mudah dijumpai di masyarakat, yakni dengan memanfaatkan limbah kayu jati dari industri furnitur dan membuat karbon aktif dari tandan kosong kelapa sawit dan tempurung kelapa.
Anggota tim Super C6, Bagas, menambahkan, mereka harus berkali-kali melakukan uji coba dalam pembuatan karbon aktif. Setelah melalui trial and error, akhirnya mereka mendapatkan karbon aktif seperti yang diharapkan.
Diproduksi secara massal
Keberhasilan penelitian ini setelah menambahkan senyawa magnetit (fe3o4) ke dalam karbon aktif yang mampu memberikan sifat magnet pada material. "Penggabungan magnet memudahkan pengambilan kembali karbon aktif yang tersebar usai pemakaian. Komposit magnetis karbon aktif ini dapat digunakan untuk menyerap limbah merkuri hingga tiga kali pemakaian," jelas Bagas.
Saat ini grup riset Super C6 masih terus meneliti lebih dalam untuk pengembangan produk dan mencari investor agar bisa diproduksi secara massal. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved