Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Memaknai Kartini Zaman Now

Syarief Oebaidillah
21/4/2018 10:25
Memaknai Kartini Zaman Now
Sejumlah personel Polisi Wanita (Polwan) Polres Metro Jakarta Timur yang mengenakan pakaian kebaya, mengatur arus lalu lintas di Jalan Otista Raya, Jatinegara, Jakarta, Jumat (20/4/2018)(ANTARA/Aprillio Akbar)

PERAYAAN Hari Kartini yang digelar setiap 21 April mesti dimaknai dengan semangat kontekstual di era zaman ‘now’ dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai karakter bangsa.

“Gagasan besar perjuangan Kartini harus menjadi ide perubahan bangsa. Apalagi di era zaman ‘now’, peringatannya jangan lagi sekadar seremonial tahunan yang dirayakan dalam seminar dan ruang diskusi, tetapi dapat diaktualisasikan dengan pengarusutamaan perlindungan dan pemajuan perempuan dalam berbagai sektor kehidupan,” kata Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto di Jakarta, kemarin.

Mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2004-2007 itu menilai semangat perjuangan Kartini belum sepenuhnya menjadi inspirasi kaum perempuan untuk menjadi sosok perempuan yang berani dan mandiri.

Kendati dia mengakui telah banyak perempuan Indonesia yang berhasil dan sukses di dalam negeri dan luar negeri, sebagian besar perempuan harus terus diberi edukasi.

Ia juga menilai banyak perempuan memaknai perjuangan Raden Ajeng Kartini secara keliru, seperti adanya pandangan perjuangan Kartini mengadopsi gaya hidup serba mewah, materialistis, dan cenderung hedonis.

Padahal, Giwo menjelaskan, Kartini bukan memperjuangkan gaya hidup mewah, budaya materialistis, konsumtif, atau hedonis. “Sejatinya ibu kita Kartini ini memperjuangkan perempuan harus berkualitas, berpendidikan, dan mampu berkarya serta mempunyai kreativitas untuk berinovasi. Juga perempuan yang partisipatif dalam berbagai bidang agar dapat menyumbangkan manfaat bagi keluarga, bangsa, dan negara,” tegasnya.

Berdayakan perempuan
Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengutarakan peringatan Hari Kartini hendaknya menjadi momentum untuk ikut berpartisipasi aktif dalam meningkatkan pemberdayaan perempuan Indonesia.

“Baik dalam bidang politik maupun pemerintahan serta memperkuat advokasi dan aksi nyata dalam peningkatan kualitas diri dan kehidupan perempuan,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Di lain kesempatan, Wakil Ketua Komisi IX DPR Ermalena mengatakan kaum perempuan harus berani menciptakan peluang untuk maju, bukan hanya menunggu, sebagaimana Kartini yang memperjuangkan kesempatan kemudian mempergunakan sebaik-baiknya. “Kesempatan sudah terbuka walaupun di beberapa tempat masih perlu diperjuangkan. Namun, yang paling penting, segala posisi untuk perempuan bukan pemberian atau hadiah,” kata Ermalena, kepada Antara, kemarin.

Menurut politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu, negara sebenarnya telah memberikan tempat meskipun masih ada beberapa ‘pintu’ yang belum terbuka. Karena itu, dia mengajak perempuan-perempuan Indonesia untuk membuka ‘pintu’ tersebut lebih luas lagi. “Misalnya masih ada permasalahan di bidang pendidikan. Walau telah diberi kesempatan, masih banyak yang karena stigma gender menjadi putus sekolah.”

Karena itu, stigma gender yang menjadi penghalang perempuan mengenyam pendidikan yang tinggi harus dihilangkan. (Nov/S-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya