Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
TAKUT lumpuh kerap menjadi alasan bagi penderita saraf terjepit untuk menunda-nunda operasi yang dibutuhkan dalam penanganan penyakit itu. Pasalnya operasi tersebut dilakukan di area tulang belakang yang menjadi saluran jaringan saraf dari otak ke seluruh tubuh.
Namun, menurut dokter spesialis ortopedi dan traumatologi Rumah Sakit Premier Bintaro (RSPB) Harmantya Mahadhipta, ketakutan itu sebenarnya tidak beralasan. Kini berbagai teknik operasi telah dikembangkan sehingga makin efektif dan aman.
Salah satunya, untuk kasus saraf terjepit alias herniated nucleus pulposus (HNP), ada teknik operasi yang disebut percutaneous endoscopic lumbar discectomy (PELD).
“Dulu operasi penanganan HNP awalnya dilakukan dengan teknik operasi terbuka dengan pembedahan, lalu berkembang teknik operasi minimally invasive (sayatan kecil), yaitu microendoscopic discectomy (MED). Nah, PELD ini yang terbaru, dilakukan sayatan kecil, 8 mm saja,” urai dokter konsultan tulang belakang itu pada seminar bertajuk Thoraco Lumbo Pelvic Hip Complex yang diselenggarakan RSPB bersama Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul di rumah sakit tersebut, Tangerang, akhir Maret lalu.
Sayatan 8 mm itu, lanjutnya, digunakan untuk memasukkan alat operasi yang berbentuk serupa pipa kecil. Alat itu dilengkapi kamera yang tersambung dengan layar monitor untuk melihat target operasi dengan saksama. “Dengan alat itu, dokter melakukan operasi membebaskan saraf yang terjepit,” kata Harmantya.
Salah satu keunggulan PELD, lanjutnya, operasi itu dilakukan dengan bius lokal. Jadi, selama operasi pasien sadar dan bisa berkomunikasi. Dokter pun bisa melihat respons pasien secara langsung saat operasi berlangsung, termasuk menanyakan efek pengurangan rasa nyeri untuk memastikan bahwa operasi tepat sasaran, juga meminta pasien menggerakkan tungkai. “Jadi, tidak perlu takut lumpuh,” tegasnya.
Keunggulan PELD lainnya ialah perdarahan sangat minim, bekas luka kecil, masa pemulihan pascaoperasi juga singkat. “Bahkan, operasi ini bisa dilakukan tanpa rawat inap. Angka keberhasilannya mencapai 90%-95%,” terangnya.
Jaga postur
Harmantya menjelaskan HNP terjadi ketika bantalan antarruas tulang belakang rusak sehingga gel yang ada dalam bantalan tersebut menonjol keluar dan menekan saraf. Saraf yang tertekan itulah yang memicu nyeri pinggang yang menjalar ke tungkai atau nyeri lengan.
Rusaknya bantalan tulang belakang dipengaruhi banyak faktor. Antara lain faktor genetik yang membuat bantalan tersebut lemah, trauma/kecelakaan, sering mengangkat beban berat dengan cara salah, juga postur duduk dan berdiri yang salah sehingga beban tulang belakang lebih berat. Karena itu, salah satu langkah pencegahan ialah menjaga postur tubuh tetap tegak saat duduk maupun berdiri, serta olahraga untuk menguatkan otot-otot di sekitar tulang belakang.
Menurut Harmantya, 80% kasus HNP di masyarakat bisa disembuhkan dengan obat-obatan, fisioterapi, dan olahraga. “Operasi dilakukan pada kasus yang berat, yaitu sudah terjadi robekan pada bantalan tulang belakang sehingga gel di dalam bantalan tersebut keluar menekan saraf, dan harus ditekankan, jangan takut menjalani operasi. Karena bila dibiarkan, HNP menimbulkan nyeri yang mengganggu kualitas hidup bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan.” (Nik/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved