Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Muhammadiyah Aid Tangani Difteri Rohingya

Antara
30/1/2018 22:05
Muhammadiyah Aid Tangani Difteri Rohingya
(AFP PHOTO / Munir UZ ZAMAN)

MUHAMMADIYAH Aid menerjunkan Tim 9 ke Cox's Bazar, Bangladesh, sebagai misi kemanusiaan untuk membantu penanganan medis para pengungsi Rohingya yang terusir dari Myanmar yang terancam wabah difteri.

Koordinator Muhammadiyah Aid, Corona Rintawan, lewat keterangan pers yang diterima Antara, Selasa (30/1), mengatakan pengungsi harus diperhatikan sisi kesehatannya secara cepat sehingga wabah difteri tidak memperburuk keadaan para pengungsi.

"Jadi tim merespons cepat terhadap berkembangnya kasus difteri di pengungsian," kata dia.

Tim 9 bekerja selama 15 hari pada 9-24 Januari 2018. Dia mengatakan terdapat persiapan terutama melakukan penyaringan kasus atau skrining awal.

Misi kemanusiaan di Cox's Bazar, Bangladesh masih terus berlanjut pascaperistiwa memilukan yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar. Gelombang pengungsi sekitar 313 ribu jiwa Rohingya terpaksa eksodus melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017. Sementara jumlah total pengungsi 785 ribu jiwa di negara tersebut.

Tim 9 Muhammadiyah Aid itu merupakan bantuan kemanusiaan lanjutan setelah pengiriman sebelumnya pada 27 September 2017. Muhammadiyah Aid telah membuka posko layanan kesehatan di Camp Thangkali, Cox's Bazar.

Sampai saat ini para pengungsi di Camp Balukhali mendapatkan bantuan dan pendampingan kesehatan dari berbagai lembaga kemanusiaan dunia, termasuk Muhammadiyah Aid. Menurut Corona, Tim 9 menargetkan evaluasi program dan menyiapkan solusi strategis bagi pengungsi Rohingya.

"Dibahas juga kemungkinan memperpanjang program kemanusiaan delapan bulan ke depan dari rencana awal enam bulan, merujuk keperluan kondisi terakhir di Bangladesh," kata dia.

Selama di Bangladesh, Muhammadiyah Aid juga bersinergi dengan organisasi kesehatan internasional PBB (WHO) untuk mencari solusi wabah Difteria di tempat penampungan Rohingya.

Relawan Muhammadiyah Aid Pepi Perdiansyah mengatakan sudah ada perubahan yang lebih baik di tenda pengungsian Rohingya di bandingakan fase awal yang tidak layak huni.

Kendati demikian, dia masih menemukan tenda yang belum representatif seiring kebutuhan pengungsi terhadap tempat yang nyaman saat Bangladesh memasuki cuaca dingin. Di siang hari suhu mencapai 18 derajat Celcius, saat sore 12 derajat Celcius dan malam hari lebih dingin. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik