Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
ALERGI makanan masih menjadi masalah yang sering dialami anak. Sayangnya sampai saat ini belum ada penelitian secara nasional terkait angka kejadian alergi makanan pada anak di Indonesia secara keseluruhan. Di samping itu jumlah orangtua yang menanggap anaknya alergi makanan jauh lebih banyak daripada hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter.
Prof dr Zakiudin Munasir, SpA(K) mengatakan alergi makanan dapat membawa dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak, apabila banyak pantangan konsumsi jenis makanan yang sebenarnya diperlukan untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat diperlukan untuk mengidentifikasi makanan pencetus alergi.
Kendati demikian, menurut Zakiudin, diagnosis alergi makanan termasuk jenis yang sulit ditegakkan. Banyaknya variasi makanan di Indonesia yang ditambah bahan-bahan aditif seperti bumbu, penyedap, pengawet yang dapat menyulitkan klinisi menentukan makanan pencetus alergi.
"Persepsi yang salah pada orangtua turut menambah sulitnya menegakkan diagnosis alergi makanan pada anak," ujar Prof Zakiudin dalam pidato upacara pengukuhannya sebagai guru besar tetap dalam Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), di Auditorium Gedung Imeri FKUI, Jakarta, Sabtu (20/1).
Prof Zakiudin menjelaskan, banyak strategi pencegahan alergi yang dulu dipakai telah ditinggalkan karena tidak terbukti efektif. Di antaranya menghindari makanan alergenik selama hamil. Selain tidak terbukti manfaatnya, juga menyebabkan rawan kurang gizi pada janin yang dikandung.
"Penghindaran makanan alergenik oleh ibu selama menyusui juga tidak mengurangi angka kejadian alergi makanan pada anak. Penghindaran makanan yang ketat justru mengurangi efek toleransi makanan lewat air susu ibu (ASI)," papar Prof Zakiudin.
Hal lain yang tidak terbukti efektif ialah penundaan memberi makanan padat setelah bayi berusia enam bulan. Langkah itu tidak terbukti mencegah alergi makanan, tapi justru meningkatkan risiko kejadian alergi makanan, eksem, dan asma.
Berikan ASI
Dia memaparkan, pencegahan alergi makanan pada anak yang direkomendasikan serta masih relevan antara lain dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir hingga 6 bulan. Menurutnya rekomendasi ini sangat kuat dalam upaya pencegahan alergi makanan baik pada ibu dan bayinya karena memperkuat daya tahan bayi. Selain itu, pemberian makanan padat usia 4-6 bulan disarankan secara bertahap dan tetap memberikan ASI setelah periode ASI eksklusif.
Pemberian susu formula sapi terhidrolisis pada bayi yang mempunyai risiko alergi tinggi, sambungnya, terbukti dapat mencegah kejadian alergi susu sapi. Di samping itu, penghindaran asap rokok dapat mencegah penyakit alergi pada anak. Pajanan asap rokok selama kehamilan terbukti menimbulkan kerusakan jaringan, gangguan perkembangan paru, dan sistem imun bayi. Pajanan asap rokok dapat menimbulkan mengi (asma) dan gangguan napas pada anak saat usia dini.
Alergi makanan yang ringan, tutur Zakiudin, dimulai dengan gatal-gatal sampai gejala berat yang dapat menimbulkan kematian seperti syok anafilaksis. Penelitian pada 425 orang membuktikan bahwa manifestasi alergi makanan terbanyak ialah dermatitis atopik (eksem) sebanyak 45%.
Sampai saat ini, imbuh Zakiudin, pemeriksaan uji alergen (pemicu alergi) yang mempunyai relevansi bermakna dengan gejala ada dua yaitu tusuk alergen (skin prick test) dan pemeriksaan IgE spesifik. Tujuannya untuk menentukan adanya antibodi IgE terhadap alergen tertentu yang spefisik.
Dalam mengobati alergi, Prof Zakiudin mengatakan pertama perlu mengindetifikasi makanan pencetus alergi, menghindarinya dan mengganti dengan makanan yang dapat mencukupi kebutuhan nutrisi pada anak, serta menyiapkan obat-obatan apabila anak tidak sengaja mengonsumsinya. "Orangtua,pengasuh, dan guru, perlu mendapat edukasi mengenai hal itu," pesannya. (Ind/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved