Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Tingkatkan Kemampuan Riset Dosen

18/1/2018 13:00
Tingkatkan Kemampuan Riset Dosen
(ANTARA/RWA BINEDA)

PENINGKATAN dana riset untuk perguruan tinggi negeri (PTN) perlu diiringi dengan upaya meningkatkan kemampuan dosen dalam melakukan penelitian.

Jika tidak, dana tersebut dipastikan akan sia-sia.

"Dana riset untuk PTN yang tahun ini naik 22% menjadi Rp1,29 triliun itu luar biasa. Namun, kita mesti sama-sama waspada bahwa peningkatan dana saja tidak berguna jika kualitas risetnya tidak memberi manfaat pada daya saing bangsa," kata pemerhati pendidikan, Totok Amin Soefianto, di Jakarta, kemarin.

Jadi, lanjutnya, penguatan kapasitas dosen dalam melakukan penelitian juga perlu dilakukan.

Selama ini, lanjut dia, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) memberikan dana hanya untuk proposal penelitian yang masuk.

"Nah, bagaimana proposal itu dibuat, tidak ada pelatihan untuk dosen," cetus Totok yang juga mantan wakil rektor Universitas Paramadina itu.

Jika mau mundur lagi tahapannya, menurut dia, Kemenristek Dikti perlu meningkatkan kemampuan dosen dalam menemukan ide untuk riset, lalu menuliskannya dengan benar sesuai kaidah ilmiah, dan menyusun program kerjanya.

Sebab faktanya, tidak semua dosen mampu melakukan itu semua.

Kemenristek Dikti, lanjutnya, harus memetakan kapasitas dosen secara nasional dan mulai membidik daerah-daerah yang dosennya masih lemah dalam riset.

"Jangan mengasumsikan semua dosen dapat melakukan riset. Kemampuan menulis saja masih lemah, apalagi menulis ilmiah. Masih perlu penguatan di banyak sisi. Kompetensi dosen dalam melakukan penelitian masih lemah," tegas Totok yang juga Direktur Riset Public Policy Institute Paramadina.

Selain itu, lanjut Totok, Kemenristek Dikti perlu membuat kluster-kluster perguruan tinggi sesuai kompetensi inti (core competency) guna memudahkan mencapai tujuan dari riset yang dilakukan komunitas akademik.

"Memang sudah ada kluster seperti ini, namun masih terlalu teknis mengadopsi core competency PTN. Mestinya, arahnya dibalik. Yaitu tujuan strategis bangsa itu apa, lalu disambungkan dengan berbagai core competency PTN dan PTS (perguruan tinggi swasta) yang ada. Dengan demikian, akan terjadi sinergi antarperguruan tinggi. Kolaborasi ini yang masih lemah, baik antar-PTN maupun antara PTN dan PTS," jelas Totok. (Bay/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya