Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Salat Subuh Terlalu Cepat 20 Menit

15/5/2017 05:00
Salat Subuh Terlalu Cepat 20 Menit
(ANTARA/Syifa Yulinnas)

SELAMA ini penduduk Indonesia menjalani salat Subuh terlalu dini sekitar 20-30 menit.

Hal itu dikatakan Ketua Himpunan Ilmuwan Muhammadiyah, Prof Tono Saksono. Ia menyarankan agar hal itu dikoreksi.

"Ini hasil riset kami dengan alat sky quality meter (SQM), pengukur kecerlangan benda langit," kata Ketua Islamic Science Research Network (ISRN) Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA) itu pada Seminar Evaluasi Awal Waktu Salat Subuh Menurut Sains dan Fikih di Jakarta, pekan lalu.

Dia merinci selama ini fajar dianggap telah terbit saat matahari pada posisi sudut depresi 20 derajat di bawah ufuk yang setara dengan 80 menit sebelum matahari terbit.

Menurut dia, penentuan 20 derajat di bawah ufuk merupakan keputusan ulama Melayu di masa lalu untuk menentukan awal masuknya waktu salat Subuh dan dimulainya puasa.

Itu pun digunakan ulama Malaysia.

"Namun, zaman dulu memang belum ada peralatan canggih dan masih mengandalkan pengamatan dengan mata telanjang. Jadi, wajar jika tidak akurat."

Apa yang dikatakan Tono didukung Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin.

Ia mengatakan penggunaan standar 20 derajat di bawah ufuk memang sudah harus dikoreksi.

Namun, pengamatan dari lokasi yang minim gangguan atmosfer harus dilakukan sehingga tidak ada distorsi hasil data.

Menurut dia, ketetapan minus 20 derajat itu tampaknya diperoleh ulama masa lalu dari standar yang digunakan di Mesir.

Sementara itu, Wakil Rektor UHAMKA Zamah Sari mengatakan, dalam pengoreksian standar yang digunakan selama ini, pengujian lanjutan baik dari sisi astronomi maupun dari pemahaman fikih dibutuhkan.

"Masih perlu waktu panjang, seperti kesepakatan organisasi Islam lainnya, lalu kemudian diserahkan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk dibuatkan fatwanya," kata tokoh Muhammadiyah itu.

Wakil Ketua Lembaga Falakiah Nahdlatul Ulama (LFNU) Sirril Wafa mengatakan NU siap membuka peluang untuk berubah dan mengusulkan perlunya kerja sama riset terkait dengan astronomi. (Ant/H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik