Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
KEMENTERIAN Sosial (Kemensos) tengah menelusuri keberadaan warga suku Mante. Tim dari Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kemensos pekan ini berangkat ke Aceh untuk memastikan keberadaan suku asli Aceh tersebut dan memperkuat ekosistem mereka.
"Tim kami juga tengah mengum-pulkan hasil-hasil studi, kajian, dan literatur tentang kondisi sosial budaya suku Mante untuk menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan," kata Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa dalam Pertemuan Forum Koordinasi Pemberdayaan (FKP) KAT 2017 dengan tema bahasan suku Mante di Jakarta, Jumat (7/4).
Menurutnya, pemerintah berkomitmen melindungi warga suku Mante yang tinggal di pedalaman hutan dan gua di Aceh. Perlindungan itu mencakup habitat, ekosistem, dan kearifan lokal mereka sehingga akar budaya suku tersebut tidak hilang.
Hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut antropolog Universitas Indonesia Prof Budhisantoso, antropolog Universitas Gadjah Mada Prof Dr Sjafri Sairin, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Hartono Laras, Direktur Pemberdayaan KAT Hasbullah, dan Kepala Dinas Sosial Provinsi Aceh Al Hudri. Ada pula Fauzan Adhim dan Khalisuddin, warga Aceh yang pernah berinteraksi dengan Suku Mante.
Unggahan video tentang seorang warga suku Mante oleh Fredo Prastana, anggota komunitas motor trail di Aceh, 22 Maret lalu viral di masyarakat.
Viral-nya video itu, menurut Mensos, menimbulkan beragam reaksi. Banyak orang ingin memburu dan mencari tahu hingga ke hutan-hutan di Aceh, yang dikhawatirkan dapat mengganggu kehidupan suku Mante.
"Kami telah meminta Dinas Sosial Provinsi Aceh untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa keberadaan suku itu harus dilindungi bersama-sama. Andaikan menemukan, jangan diburu atau ditakut-takuti. Mereka manusia, seperti kita," tambahnya.
Nyata ada
Warga Aceh yang pernah berinteraksi dengan suku Mante, Fauzan Adhim, di hadapan peserta diskusi yang terdiri dari lintas kementerian, akademisi, dan LSM, mengaku berinteraksi dengan salah seorang warga suku Mante pada 2004. Saat itu, ia tersesat di hutan dan orang Mante menolongnya.
"(Warga suku Mante menunjukan arah) dengan cara menggoreskan kuku jari tangan yang panjang-panjang di tanah. Arah goresan ke kanan, ke kiri, atau lurus untuk menunjukkan jalan keluar dari hutan," ujar mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang hampir 12 tahun tinggal di hutan-hutan Aceh.
Selain itu, lanjutnya, ia juga pernah menemukan warga suku Mante berjenis kelamin perempuan meninggal di hutan karena tangannya tertusuk jebakan untuk badak.
Berdasarkan pemaparan Fauzan, Budhisantoso dan Sjafri Sairin berpendapat warga suku Mante ialah homo sapien (human being). Namun, peradabannya tak seperti homo sapien, antara lain makan tak dimasak, serta tak ada aturan perka-winan dan merawat jenazah.
Menurutnya, yang perlu dilakukan dalam penanganan suku Mante ialah memukimkan mereka, mendapatkan jaminan keselamatan, sumber makanan, pengembangan keturunan. Sjafri menambahkan, diperlukan komitmen Pemprov Aceh untuk mendata dan memberdayakan warga suku Mante.(H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved