Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Filosofi Batik di Sampul Harry Potter

Retno Hemawati
17/3/2017 07:55
Filosofi Batik di Sampul Harry Potter
(MI/PERMANA)

NAMA ilustrator Nicholas Filbert Chandrawienata, 26, akhir-akhir ini banyak diperbincangkan potterhead di Indonesia. Dia berkesempatan membuat ilustrasi sampul untuk tujuh novel Harry Potter karya J.K. Rowling versi Bahasa Indonesia. Putra pasangan Hasan Chandra Wienata dan Lo Siaw Hong itu mengaku, saat tahap awal mengajukan ide untuk membuat desain sampul, ia menyampaikan keinginannya untuk menonjolkan rasa Indonesia terutama batik.

“Batik salah satu yang menginspirasi saya dalam berkarya, salah satunya dalam penemuan style. Dari style sendiri banyak gambar saya yang terinspirasi oleh pattern-pattern yang ada di kain batik,” kata dia saat diwawancara khusus oleh Media Indonesia, beberapa waktu lalu.

Dirinya mengaku sebenarnya tidak hanya mengedepankan keramaian, tetapi juga berlapis atau layering. Teknik seperti inilah yang disebutnya dengan terinspirasi oleh kain batik yang dalam pengerjaannya perlu ketekunan dan semakin rumit saat akan menambahkan banyak warna. “Awalnya ingin menonjolkan warna, tetapi setelah saya coba-coba hasilnya sulit diterapkan,” kata dia. Lelaki yang gemar traveling itu menjelaskan warna dalam dunia penerbitan sangat sulit dikontrol karena antara desain dan hasil cetak bisa menjadi sangat berbeda. Dengan alasan itulah dia kemudian memutuskan untuk tidak bermain dari sisi warna.

Lelaki dengan hobi jalan-jalan itu mengaku sering terinpirasi oleh aktivitasnya tersebut. “Jalan-jalan ke berbagai daerah selain melepaskan stres bagi seniman juga menjadi sumber inspirasi,” kata lulusan La Salle College, Singapura itu.

Wayang, tari-tarian, bangunan, adalah tiga hal yang disebut olehnya menjadi sumber referensi visual.

Dukungan orangtua
Dia berkisah tidak ada pengalaman spesifik. Akan tetapi, dia menjelaskan sejak duduk di bangku taman kanak-kanan, dirinya sudah mendapatkan dukungan positif dari orangtua untuk menggambar. Orangtuanya sering mengantar dan menemani ikut perlombaan. Semua berjalan natural. “Sampai kuliah saya tidak hanya belajar teknik, tetapi juga industri sehingga dengan pengetahuan saya menjadi yakin akan kemampuan saya dan menjalani ini sebagai karier.”

Dia juga sangat optimistis karier dan pekerjaan sebagai pekerja seni mampu menopang kebutuhan hidupnya. Terlebih dunia seni seperti yang dijalaninya sangat dinamis. “Kami tidak hanya bekerja sebagai ilustrator, tetapi banyak bidang yang membutuhkan keahlian seperti yang kami miliki. Para ilustrator di Indonesia sebenarnya tidak bersaing, lebih pada sama-sama membangun komunitas yang baik,” kata dia.

Dia menjelaskan, dengan pekerjaan sebagai ilustrator, terbuka kemungkinan untuk bergabung dengan agensi iklan atau production house. “Mereka tetap menggambar, dengan menggambar mereka bisa mendapatkan klien, ya kami saling mendukung satu sama lain agar seni di Indonesia semakin maju,” jelas penggemar gudeg itu. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya