Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Semua Buku Dirayakan

Fathurrozak
08/9/2024 05:00
Semua Buku Dirayakan
Kegiatan kumpul Buibu Baca Buku yang membahas soal hubungan literasi iklim dan buku anak.(Dok. BUIBU BACA BUKU)

PUKUL 19.00 WIB, sekitar 20 orang--kebanyakan anak muda--sudah duduk melantai di antara rak-rak buku di Toko Buku Patjarmerah, Pos Bloc Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Satu per satu kemudian mereka tampil ke depan.

Ada yang bermonolog, membaca cerita, puisi, ataupun menarasikan novel yang sudah mereka baca. Tidak hanya diiringi petikan gitar, ada pula yang sambil menari. Acara pada Rabu (4/9) itu ialah Panggung Ketjil IBP yang diadakan klub buku Indonesia Book Party (IBP).

“Aku sebenarnya kan tidak bisa baca puisi dan tidak terlalu suka menulis juga. Lebih suka menari. Jadi aku berpikir, apakah bisa, seperti membaca puisi tapi itu digerakkan oleh tari-tarian, dan ternyata bisa,” kata Zahwa Yusri Indah, 23, kepada Media Indonesia di acara Panggung Ketjil IBP yang ketiga kali itu.

Baca juga : Oppo Reno12 F 5G, Ponsel Rp5 Jutaan dengan Fitur AI

Zahwa juga tampil di acara sebelumnya, tetapi baru kali ini menarasikan puisi sambil menari. Ia sudah bergabung dengan IBP sejak November 2023, saat klub itu masih Jakarta Book Party. Perempuan yang merantau dari Batam dan kini bekerja sebagai akuntan itu mengaku awalnya hanya ingin mencari pertemanan dan healing setelah lelah bekerja.

Menemukan akun @jakartabookparty di medsos, penggemar buku-buku biografi dan sejarah itu merasa menemukan teman-teman sehobi dan teman diskusi. “Makin ke sini, sepertinya ini lebih dari sekadar tempat gabut. Banyak hal yang bisa diambil, misalnya punya banyak teman yang bisa jadi relasi. Hal paling kecil, itu kayak kemarin aku sempat nganggur setelah setahun kerja. Lalu dari teman-teman di Jakarta Book Party ada yang bantuin, buat kerjaan-kerjaan sementara. Bangun relasi,” tuturnya. Acara Panggung Ketjil pun menjadi tempatnya berekspresi.

Namun, tidak semua yang datang harus tampil dan melakukan registrasi. Mereka yang hanya ingin menonton bisa datang langsung. Sejumlah penonton malam itu pun menilai acara tersebut layaknya pertunjukan lain yang bisa membuat orang bersenang-senang tanpa banyak berpikir.

Baca juga : Merchandise, antara Ekspresi Kreatif dan Daya Hidup Musisi

“Sebenarnya lebih ke suka dan senang dengan nontonnya. Enggak yang nambah wawasan tentang bukunya,” kata salah seorang penonton bernama Gani.

Hal serupa dikatakan penonton lainnya, Adi. “Kalau aku kebetulan lebih banyak baca buku-buku filsafat. Jadi kalau datang di Panggung Ketjil itu memang untuk bersenang-senang menikmati pertunjukan dari teman-teman,” katanya.

Salah satu dari lima pendiri IBP, Samuel Pandiangan, mengungkapkan klub itu awalnya hanya untuk menamakan kegiatan mereka baca buku di taman saat gabut (tidak ada acara) di akhir pekan. Seiring waktu, mereka terpikir untuk sekalian membuat komunitas yang tidak disangka disambut banyak orang. Bahkan, suatu acara baca di taman mereka pernah diikuti hingga 300-an orang. Di sisi lain, banyaknya peserta juga membuat kegiatan itu sulit mendapatkan izin.

Baca juga : Liburan di Bali, Sza Bikin Tato Gambar Barong

Dari acara membaca bareng itu Samuel mendapatkan banyak pengakuan peserta yang sebelumnya kerap di-bully atau diejek karena hobi membaca. “Dibilang sok pintar, atau apalah, yang konteksnya negatif. Itu membuat teman-teman ini jadi enggan untuk membaca buku. Kami pun jadi merefleksikan, itu juga terjadi di masa lalu kami. Sejak itu kami perkuatlah fondasi kami kenapa harus ada Indonesia Book Party, yakni untuk mentranslasikan keresahan-keresahan itu menjadi kegiatan baik. Mulai dari book party hingga panggung ketjil,” kata Samuel. Berjalan sejak 2 Oktober 2023, IBP rutin menggelar book party hingga kini.

 

Pemahaman genre

Baca juga : Oakwood Apartments PIK Jakarta: Gerbang Menuju Pusat Kuliner dan Hiburan

Selain mewadahi keresahan para bookish, Samuel menyebut IBP juga ingin memberikan pemahaman tentang genre. Sebab, ia melihat, ada genre yang dianggap lebih superior. Sebaliknya, ada genre dan juga penggemarnya yang dipandang lebih rendah. “Terlepas dari apa pun buku dan genre kamu, kamu disambut. Kami percaya semua buku itu layak untuk dirayakan.”

Hal serupa dikatakan pengurus IBP, Mia Rosmayanti. ”’Daging’ dari book party sendiri ‘semua buku patut dirayakan’. Jadi kami tidak pernah bahas satu judul buku spesifik. Kalau untuk bukunya juga sangat bermacam-macam. Ada banyak orang yang datang dan pergi di acara ini. Cuma kalau dari pengamatanku, yang sering banget aku temui di book party itu ada Atomic Habits (James Clear), buku-buku yang ditulis Leila S Chudori mulai dari Namaku Alam dan Laut bercerita,” kata Mia.

Untuk membahas tema tertentu, biasanya IBP menghadirkan Talkliteracy (Talk about Literacy) yang kerap bekerja sama dengan penerbit untuk mengadakan gelar wicara sekaligus menghadirkan penulis. Dalam skema tersebut, sejauh ini IBP juga masih belum mengutip monetisasi yang besar. “Untuk itu biasanya lebih ke semacam biaya operasional acaranya saja,” singkat Mia.

Banyaknya permintaan kehadiran IBP di berbagai kota membuat kini telah ada 55 cabang, di antaranya Bandung Book Party, Pekanbaru Book Party, hingga Makassar Book Party. Samuel mempersilakan bookish untuk mengorganisasi secara swadaya dengan mengadopsi nilai-nilai yang dianut IBP.

“Di grup Whatsapp itu kan anggotanya sudah banyak. Nah yang memang mau jadi inisiator di kotanya, itu ngobrol dengan kami. Menyamakan visi dan kami juga cek latar belakangnya,” lanjut Samuel.

Dengan semakin besarnya klub buku mereka, Samuel menyadari peluang dan kesempatan yang hadir juga turut meluas. Perihal monetisasi, Samuel enggan bicara platform mereka lantas bisa dijadikan sebagai ladang pencetak ekonomi. Namun, ia tidak menutup kemungkinan jika ada kerja sama dari berbagai pihak dan merek, asal tetap sesuai dengan visi mereka, bisa saja terjadi.

“Kami tidak bisa tiba-tiba jualan produk atau yang jadi anggota bayar. Kami sangat berhati-hati sekali. Paling sejauh ini ialah merchandise dan kerja sama dengan beberapa brand dan perusahaan. Mimpi kami lebih besar, ingin bisa melakukan aktivitas ke banyak tempat hingga pelosok. Dan, tentu saja tanggung jawab kami juga semakin besar,” tukasnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya