Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
USTAZ Felix Siauw berkesempatan mewawancarai Rhoma Irama di studio Soneta, Depok. Dalam wawancara itu, Rhoma mengakui pernah minum bir pada masa awal bermusik. Karena pengalaman itu, sang Raja Dangdut menciptakan lagu Mirasantika.
"Pernah dengar lagu Mirasantika? Itu kisah nyata. Jadi dulu ketika saya main musik saat remaja, main rock, main pop juga, dan pernah menjadi juara Pop Singer Asia Tenggara. Dulu saya kena juga minum bir tetapi belum ada narkotika, paling bir ajalah," ungkap Rhoma dalam kanal YNTV di Youtube.
Dari pergaulan musik saat itu, Rhoma merasa resah. "Kenapa bermusik harus tarikushshalah (meninggalkan salat)? Ketika salat dikatain. Kenapa juga harus drug? Kenapa harus pergaulan bebas?" kisah Rhoma.
Baca juga : Anies Baswedan: Rhoma Irama Bawa Indonesia ke Seluruh Dunia
Melihat itu, setiap salat ia memanjatkan doa. "Ya Allah jika bakat seni ini hanya memperlebar jalanku ke neraka tolong cabut. Tapi seandainya Engkau bisa membawa seni ini kepada keridaan-Mu beri saya hidayah."
Setelah itu, Rhoma berkomitmen untuk tidak berbuat maksiat dalam musik. Lahirlah deklarasi Soneta The Voice of Moslem. Ketika itu personel ada delapan orang.
Seiring perjalanan waktu, Rhoma Irama dan Soneta Group ternyata makin berkibar. Buktinya, banyak tawaran main film datang kepada Rhoma.
Baca juga : Ingin Dapat Nasihat Rhoma Irama, Anies Baswedan: Syairnya Sarat Pesan
Rhoma bersedia bermain film tetapi ada tiga syarat. Pertama, ia tidak ingin menjadi aktor tetapi menjadi diri sendiri. "Saya sering melihat film Barat. Ada bintang yang saya idolakan. Bahkan menonton film-film Indonesia dan bintang-bintang saya idolakan. Saya suka banget dengan bintang ini. Tapi ketika saya ketemu bintang ini ternyata beda banget tidak seperti sebaik di filmnya. Jadi saya tidak mau begitu. Saya tidak mau orang melihat saya berbeda di film dengan aslinya karena pengalaman tadi."
Syarat kedua, harus ada salat berjemaah. Ini karena saat itu banyak orang di produksi film yang suka meninggalkan salat. "Kalau ke luar kota bisa dijamak. Kalau di dalam kota, setiap waktu salat harus berjemaah."
Syarat ketiga, tidak boleh ada minuman keras di lokasi pembuatan film. Soalnya, ketika itu di tempat pembuatan film, "Botol bir berantakan. Artinya dekat banget dengan minuman."
Baca juga : Undang Dondy Tan-Jesslyn Thea, Rhoma Irama Akui Pernah Ragukan Islam
kalau ketuga syarat itu dipenuhi, Rhoma bersedia main film. Sang produser yang menawari Bang Haji--sapaan akrab Rhoma--pun kebingungan. "Oh begitu ya Bang Haji. Waduh berat banget ini. Beri waktu saya Bang Haji untuk diskusi."
Beberapa hari kemudian, produser itu datang kembali. "Oke Bang Haji siap. Pokoknya yang Bang Haji persyaratkan saya penuhi."
Waktu itu Bang Haji masih berumur 30-an tahun. "Ini berarti Bang haji lebih radikal daripada saya," timpal Felix Siauw. Ini karena seumur itu Felix mengaku belum bisa tegas seperti Bang Haji. (Z-2)
USTAZ Derry Sulaiman menayangkan video Dokter Richard Lee menandatangani dua lembar kertas dengan kop bertulis Surat Pernyataan Memeluk Agama Islam dan foto.
Mualafnya dokter kecantikan itu diungkap Ustaz Derry Sulaiman dalam postingan akunnya di Instagram. Pertanyaannya, kapan Richard Lee mualaf dan siapa yang membimbing syahadatnya?
USTAZ Derry Sulaiman mengonfirmasi Dokter Richard Lee sudah masuk Islam atau mualaf. Bahkan Richard Lee kini sedang belajar mengenai cara salat dan berzikir menggunakan tasbih.
Kau Juga Semua Orang lahir dari keresahan pribadi Tradeto tentang kecenderungan manusia untuk selalu membandingkan diri dan merasa lebih unggul.
Single Yakin dari Rio Adiwardhana tetap membawa benang merah dari EP sebelumnya (Sisi Lain), dan menjadi lagu pembuka untuk EP selanjutnya
Penyanyi jazz Muthia Nadhira mempersembahkan interpretasi baru dari lagu legendaris Simpan Saja, menandai peluncuran album debutnya yang bertajuk Garden of Mimosa.
Lagu Kelam dari Jims Wong juga menjadi hal yang menarik karena hadirnya Artsi, menambah warna emosional dalam harmoni vokal yang mendalam.
Program konser tersebut mencakup karya dari para musisi hebat Hongaria seperti Franz Liszt, Béla Bartók, Zoltán Kodály, dan György Orbán, hingga khazanah musik rakyat Indonesia.
Hancur dari Tears Don't Lie bercerita tentang seseorang yang kehilangan cinta sejatinya — bukan karena perpisahan biasa, melainkan karena sang kekasih telah pergi untuk selamanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved